suporter

Selasa, 26 Agustus 2008

kangen

Sudah lama kita tak saling minum kopi, Kangen rasanya!

Tapi percayalah, kangen itu baik. Kangen itu makhluk ciptaan Allah yang
tergolong paling indah. Ia mutiara batin, atau api yang menghidupkan jiwa.
Karena kangen yang menggebu, dulu Ibrahim menggembarai bumi dan langit
bertahun-tahun, untuk akhirnya menemukan apa yang paling dibutuhkan oleh
hidupnya: Allah.

Oleh kangen yang tak tertahankan pula, Musa bermaksud membelah kodrat,
menerobos maqam dan ingin memergoki Allah yang amat dicintainya. Tentu saja
gagal, sebab ketika itu ia masih manusia, masih darah daging.

Kangen, membuat seorang istri paham arti kehidupan. Kangen membikin
suaminya, yang pergi nun jauh, membatalkan penyelewengannya sebagai lelaki. Kangen mendorong seorang gadis menancapkan cintanya lebih dalam. Kangen membuat pemuda kekasihnya mengerjakan kesibukan-kesibukan baik untuk memelihara kebersihan rindu yang dinikmatinya.

Seorang istri menghayati perkawinannya seperti menghadapi agama dan
sembahyangnya. Seorang suami, yang suka nakal, bermaksud mengakali eksistensinya: Ia menjadi Bapak yang konservatif di dalam rumah, sementara di luar rumah ia menjadi
lelaki liberal. Banyak sekali suami atau lelaki pribadi belah semacam ini: sehabis menyeleweng, rasa dosa dan rasa kangen kepada keluarganya akan menyiksanya.

Maka seorang suami yang dewasa tahu bagaimana menumbuhkan kangen yang tak
menyiksa. Kangen yang indah dan nikmat.

Seorang dewasa mengerti persis lorong rasa kangennya. Siapa saja penghuni
lorong itu? Suami? Anak-anak? Tetangga? Para jamaah? Kehidupan yang saleh?

Namun pasti, di ujung lorong itu hanya Allahlah adanya.
(Emha Ainun Nadjib/PmBNetDok/20/11/2000)


1 komentar: