suporter

Selasa, 18 Maret 2008

hatiku miris......


coba buka google lalu gunakan image search untuk mencari kata kunci jilbab. laluuu.. Jreeenkkkkkk bukan gadis cantik berkerudung yang keluar di database google tapi wong udo udo yang ada (orang telanjang)
saya juga pernah bikin postingan sebelumnya di http://entah1982.blogspot.com/2008/03/out-of-topic-masa-depan-kita.html
Akhir2 ni hatiku miris dan sedih meskipun kadang2 juga ikut2an bernafsu melihat banyaknya adegan sex yang dilakuin anak2 sma ato smp bahkan cewek berjilbab di internet, mulai dari bokep dot kom sampe njimbrut dot kom semua lengkap menampilkan adegan yang membangkitkan semangat si udin junior (kadang2 si udin junior protes, “bang, kapan bisa kaya gitu? Masa uda segede gini Cuma dibuat pipis doank?”).

Banyak orang menyalahkan tontonan televisi atau mengkambing-hitamkan budaya barat sebagai pemicu maraknya adegan seperti itu. Tapi apakah benar itu penyebab utamanya?. Kata siapa dugem baru ada di jaman sekarang, di jaman nabi ibrahim aja da banyak orang yang datang ke Café yang menyediakan pertunjukan tari perut dg diiringi musik gambus plus bergelas2 minuman keras, bedanya Cuma kalo dugem jaman dulu ga ada lampu kelap-kelipnya, ga ada minuman bermerk jack daniels ato smirnoff vodka tapi mereknya arabian maknyuss dan jack firaun, jaman prabu siliwangi juga kata siapa ga ada dugem? Kalo bis perang biasanya para pasukan menggelar pesta kemenangan dengan ngadain party dengan gadis2 imut nan menggairahkan dari daerah baru yang mereka kuasai, buktinya pada jaman itu da banyak berdiri Majapahit Pub n Resto, Mataram Discotique, atau Katuranggan Bar (hehehe).

Bahkan sex menjadi salah satu budaya yang menjadi tujuan hidup hedonis orang jawa hal ini ditunjukkan dengan seringnya para eksekutif kerajaan turba (turun ke bawah) dengan alasan berburu di hutan tapi pada dasarnya mereka sedang mencari gadis desa yang masih perawan dan polos untuk digagahi. Setelah selesai berhubungan badan mereka menceritakannya kepada pengawalnya mengenai persetubuhan ini. Selain mendengarkan pimpinannya sang pengawal juga mencatat ciri2 fisik si wanita, catatan yang terkumpul, yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan selama bertahun2 ikut pimpinan “berburu” ke hutan itu menjadi data bagi si pengawal untuk mengambil kesimpulan tentang hubungan antara bentuk fisik dengan kenikmatan bersenggama seorang wanita, lahirlah istilah katuranggan (kendaraan, kuda, atau lebih tepatnya wanita yang berarti tutumpakane wong lanang yaitu kendaraannya orang laki2). Makanya ada buku primbon yang menyimpulkan bahwa wanita dengan tubuh agak pendek dan langsing plus kulit putih pasti ceket (rapet) dan nikmat kalo berhubungan dan lain sebagainya.

Emangnya kamasutra, kamatantra, serat centhini, dan kawan2nya dikarang oleh Muammar Emka?, emangnya mereka tahu itu semua dari firasat aja tanpa mencoba berhubungan dengan satu-satu wanita yang jadi objek penelitiannya?. Saya jadi heran dengan pernyataan artis2 yang menentang undang2 anti pornografi, Dian Sastrowardoyo bilang bahwa dengan dicantumkannya adegan sex di film tujuannya untuk membuka mata masyarakat dan pemerintah bahwa ada budaya seperti itu dalam masyarakat. Eh, apa mereka pikir baru sekarang ada kaya gitu? Apa mereka ga tau kalo jamannya warkop DKI da ada film porno? Apa mereka ga tau kalo mungkin saja ortu2 mereka semasa remaja juga suka ML kalo bis dari diskotek? Aku pikir kita semua uda tahu n ga perlu dikasi tahu, bahkan calon menteri agama kita aja (yahya zaini) uda tahu kok gimana rasanya jadi pemainnya.

Meskipun kita semua tahu tentang hal itu, tetap saja hal yang demikian jangan jadi justifikasi (pembenaran) untuk mengekspose-nya secara membabi-buta, di dunia ini siapa yang ga pernah be’ol? Semua orang tiap hari be’ol tapi apa ya pantas terus kita be’ol di tengah jalan dengan alasan “ah, ngapain jaim, toh semua orang juga pernah be’ol, kita jangan malu be’ol di mall, toh be’ol sudah jadi budaya yang ada di tengah masyarakat”, apa ya begitu?.

Kembali ke masalah freesex, kaum muda (khususnya wanita) terjerumus sex beragam pemicunya, karena cinta ma pacar, karena terpaksa harus cari makan (kebanyakan di desa2 yang masyarakatnya miskin tapi anak gadisnya cantik2 seperti di daerah pesisir jawa barat), atau karena dorongan alamiah, dan lain sebagainya. Tak melulu karena budaya barat atau bukti modern-nya sebuah komunitas. Di kampung2 juga banyak kepala desa yang menggagahi anak gadis polos yang lagi butuh duit buat lanjutin sekolahnya. Waktu ada temen yang bilang kita perlu belajar bikin anak dengan nonton film porno n ML ma pacar aku jawab “mbahku ga pernah nonton bokep ya lancar aja punya anak sampe dua belas orang”. Bukannya awak ni (meminjam istilah orang medan) munafik, kalo masalah pengen ya siapa yang ga tegang liat adegan gaya bebas macam begitu.


Freesex bukanlah produk barat atau ciri sebuah modernitas, Sex adalah naluri manusia yang paling dasar selain bertahan hidup dengan cara makan. Bagaimana kita menyalurkan hasrat itulah yang menjadi permasalahan. Bukan sex-nya yang masalah tapi bagaimana kita berhubungan sex itulah yang menentukan apakah sex yang kita lakukan itu jadi pahala atau dosa. Freesex bukan barang baru di dunia karena pada dasarnya kita hanya mengulang-ulang sejarah. Homosexual dan incest sudah ada sejak jaman nabi nuh, mencuri dan memutilasi orang adalah hobinya umar bin khattab sebelum masuk islam. Aku jadi inget kata2 EAN di salah satu essaynya, “mengambil duit di kantong atau meminum air di sumur itu boleh2 aja tapi yang menentukan apakah halal atau haram adalah kantong siapa dan sumur siapa”.
di Upload dari forum padhangmbulan oleh achmad_salahuddin@walla.com

Tidak ada komentar: