suporter

Jumat, 28 Maret 2008

kontroversi film fitna

Untuk kesekian kalinya emosi umat Islam terpancing dengan pembuatan film kontroversial 'Fitna'. Pemerintah Belanda harus menghentikan peredaran itu, jika tidak film itu betul-betul akan menjadi fitnah.

"Kita minta film itu untuk tidak diputar karena pemerintah Belanda sendiri sudah menyesalkan film itu. Kalau tidak film itu justru akan menjadi fitnah bagi umat Islam," ujar Ketua MPR Hidayat Nurwahid di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (28/3/20080.

Menurut Hidayat, Belanda telah menyalahi prinsip kebebasan berekspresi yang dibuatnya sendiri. Yaitu kebebasan berekspresi tanpa menyinggung atau mendiskreditkan nilai-nilai agama. Apalagi PBB sudah mengeluarkan resolusi yang mengecam kebebasan berekspresi yang menyinggung agama.

Pemerintah Belanda, lanjut Hidayat, harus bersikap tegas terhadap film itu. "Jangan berlindung di balik kebebasan ekspresi. Jika tidak, ini akan memicu terjadinya pertentangan antarperadaban," imbuh dia.

Luka Lama

Hidayat juga mengingatkan agar Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad tidak membuka luka lama. Dengan munculnya dan dibiarkannya film itu, menurut Hidayat, dapat membuka luka lama sejarah Belanda yang pernah menjajah Indonesia.

"Belanda tidak perlu mengkorek-korek luka lama. Dia menjajah Indonesia 3,5 abad dan Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Film itu bisa menimbulkan reaksi umat Islam di negeri ini. Jangan mengadu domba warga dunia," pungkasnya.


berikut sedikit cerita tentang film fitna
Film Anti-Islam "Fitna" Mulai Muncul di Situs Internet
Jumat, 28 Mar 08 09:32 WIB

Geert Wilders akhirnya memuat filmnya "Fitna" di lewat video-sharing di sebuah situs internet pada Kamis (27/3). Dan kekhawatiran bahwa film Wilders itu tendensius dan sengaja ingin menjelek-jelekkan Islam dan kitab suci al-Quran, terbukti.

Film berdurasi 15 menit itu dibuka dengan kartun Denmark dengan gambar seorang laki-laki yang disebut sebagai Nabi Muhammad Saw, memakai sorban dengan bom yang siap meledak di atas kepalanya.

Setelah itu, muncul gambar sebuah halaman Al-Quran di sisi kanan dengan terjemahannya di sisi kiri. Selanjutnya, gambar al-Quran diganti dengan gambar sebuah pesawat terbang yang menghantam Gedung World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 lalu, sementara terjemahan al-Qurannya masih tetap ditampilkan disisi kiri. Setelah itu ditampilkan suasana kacau di jalan-jalan di New York, diwarnai suara bising telepon yang meminta bantuan darurat.

Adegan serupa diulang, seolah ingin menunjukkan adanya hubungan antara ayat-ayat al-Quran dengan peristiwa-peristiwa terorisme, seperti ledakan bom sebuah kereta api di Madrid, Spanyol pada tahun 2004, peristiwan bom London tahun 2005, serangan terhadap pasukan AS di Somalia yang terjadi 10 tahun yang lalu, kasus pembunuhan sutradara Belanda Theo van Gogh tahun 2004 dan insiden pemenggalan kepala di Irak.

Film itu diakhiri dengan adegan seseorang sedang membuka halaman-halaman al-Quran dengan latar belakang suara bunyi kertas dirobek-robek.

Tapi di teks yang muncul di film tersebut, tertulis
"Suara yang Anda dengar berasal dari halaman yang disobek dari buku telepon. Ini bukan urusan saya, tapi umat Muslim sendiri yang harus merobek ayat-ayat yang berisi kebencian dari al-Quran."

Teks selanjutnya bertuliskan,
"Hentikan Islamisasi. Pertahankan kebebasan kita."

Setelah teks ini, bom yang terdapat di gambar kartun yang melecehkan Rasullah tadi meledak. Film berakhir, diiringi suara seperti bunyi gemuruh angin.

Media massa di Belanda menyebutkan, bahwa pemerintah Negeri Kincir Angin sudah menyaksikan film tersebut namun belum bereaksi. Sebelumnya, pemerintah Belanda menyatakan bahwa mereka akan meneliti isi film Wilders jika jadi diputar untuk publik.

"Pemerintah akan melakukan investigasi apakah Wilders telah melakukan tindakan kriminal, Kejaksaan akan memutuskan apa dakwaannya, " demikian penegasan pemerintah Belanda yang sejak jauh-jauh hari sudah mendesak Wilders agar membatalkan filmnya.

Wilders memilih situs internet untuk menyebarluaskan filmnya itu, setelah stasiun-stasiun televisi di Belanda menolak menayangkannya. Wilders tak peduli kecaman dan kritik dari pemerintah Belanda, kalangan Muslim bahkan dari kalangan umat Kristiani yang menolak film "Fitna" tersebut.

Sementara itu, untuk mengantisipasi film tersebut, para pimpinan umat Islam di Belanda sudah memberikan pengarahan agar warga Muslim bersikap tenang dan tidak terprovokasi dengan film Wilders

Tidak ada komentar: