suporter

Senin, 31 Maret 2008

Hadirilah Acara Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera - Lapangan Sepaka

Bagi seluruh jama'ah maiyah yang ada di Ketapang dan sekitarnya, hadiri dan bergabunglah pada acara bertanjuk "Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera", yang akan diadakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, tanggal 2 April 2008
Pukul : 20:00 WIB
Tempat : Lapangan Sepakat Ketapang, Kalimantan Barat
Acara tersebut di hadiri oleh: Kiai Kanjeng, Emha Ainun Nadjib, Novia Kolopaking, dan Menteri Kehutanan M.S. Kaban.


Sabtu, 29 Maret 2008

Quote Emha dll

Yang terjadi bukan kemiskinan… yang sedang kita saksikan adalahpemiskinan…… kelompok-kelompok yang berkuasa ….mereka menggantikan penjajah menghisap rakyatnya sendiri……
Jangan anggap orang yang tidak berpendidikan formal itu tidak bisa kritis…mereka tahu yang mana salah yang mana benar…
Kalau rakyat diam jangan anggap mereka bodoh…kita biarkan mereka memimpin ….kita dulu memilih …supaya mereka amanah…
Sebagian besar dr kita ini munafik….kita nyatakan Bertuhan tetapi kita tidak mengerti bahwa dunia ini bukan rumah tujuan. (HS DILLON).(KC-0507)
=====
Kalau untuk tidak telanjang di depan umum menunggu undang-undang, anda gagal sebagai manusia.Kalau untuk tidak mencuri di pasar anda menunggu perda, tidak usah jadi manusia
Artinya untuk tidak melakukan sesuatu yang sifatnya pornoaktif dan pornografis anda menunggu lahirnya undang-undang, itu berarti kita sudah gagal sebagai manusia, gagal kebudayaannya, gagal akhlaknya, gagal etika sosialnya. Dan kalau sudah gagal kemanusiaan dan akhlaknya, dikasih undang-undang kayak apapun tidak akan jalan.

Pemimpin kita ini hanya melihat dosa struktural,maka yang dipentingkan adalah korban dan yang dikorbankan itu rakyatnya terus...kalau rakyatnya banjir dihibur "rakyat itu biasa menderita kok", karena rakyat itu selalu menjadi tumbal (Romo Benny Susetyo)(KC-0307)

Pemimpin yang sejati adalah orang yang tidak pernah sempat berpikir bahwa dia pemimpin, karena dia sibuk bekerja untuk amanat yang dibebankan kepadanya

Kenduri Cinta bukan perabot. Kita adalah ruang dan para perabot silakan masuk, aku ciptakan ruang seluas-luasnya kepadamu, karena aku ini hambanya Allah, aku ini khalifahnya Allah, maka ilmu yang nomer satu bukanlah ilmu bumi, bukan ilmu planet, bukan ilmu matahari, tapi ilmu ruang alam semesta yang tidak terbatas, al arsy -- al adhiimi,
"subhanaa robbiyal adhiiimi wabihamdi"

Hidup itu bukan memetik nomer satu,
Hidup itu menanam.
Hidup itu bukan sukses nomer satu,
Hidup itu berjuang.
Jadi temukanlah kegembiraan dalam berjuang melebihi kegembiraan dari keberhasilan dari perjuangan itu

kalau ada pemimpin tidak tahu batas kemampuan anda sendiri, maka anda akan mengatakan bahwa orang yang tertawa ketir (karena banjir) itu adalah gembira (M. sobary/kc-0207)

Televisi itu tidak punya agama.............. Hanya memanfaatkan momentum untuk jualan..Musim salak jual salah…...Musim romadhon jual agama... Di televisi itu tidak ada urusan nilai ...Jadi kalau ada kyai/ustad di situ Cuma distempel saja. (KC-1007)

Tawakal itu perwakilan atau pelimpahan urusan kepada Allah.
Ada presentase dari kehidupan kita yang kita wakilkan kepada Allah.
Kita naik motor itu tidak menjamin tidak ada yang menabrak itu.
Kemungkinan untuk tidak tertabrak ini kita serahkan kepada Allah.
Jantung kita berdetak atau tidak, itu kita hanya bisa tawakal, kita tidak bisa atur itu

Yang terjadi bukan kemiskinan, yang sedang kita saksikan adalah pemiskinan. Kelompok-kelompok yang berkuasa,mereka menggantikan penjajah menghisap rakyatnya sendiri

Jumat, 28 Maret 2008

kontroversi film fitna

Untuk kesekian kalinya emosi umat Islam terpancing dengan pembuatan film kontroversial 'Fitna'. Pemerintah Belanda harus menghentikan peredaran itu, jika tidak film itu betul-betul akan menjadi fitnah.

"Kita minta film itu untuk tidak diputar karena pemerintah Belanda sendiri sudah menyesalkan film itu. Kalau tidak film itu justru akan menjadi fitnah bagi umat Islam," ujar Ketua MPR Hidayat Nurwahid di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (28/3/20080.

Menurut Hidayat, Belanda telah menyalahi prinsip kebebasan berekspresi yang dibuatnya sendiri. Yaitu kebebasan berekspresi tanpa menyinggung atau mendiskreditkan nilai-nilai agama. Apalagi PBB sudah mengeluarkan resolusi yang mengecam kebebasan berekspresi yang menyinggung agama.

Pemerintah Belanda, lanjut Hidayat, harus bersikap tegas terhadap film itu. "Jangan berlindung di balik kebebasan ekspresi. Jika tidak, ini akan memicu terjadinya pertentangan antarperadaban," imbuh dia.

Luka Lama

Hidayat juga mengingatkan agar Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad tidak membuka luka lama. Dengan munculnya dan dibiarkannya film itu, menurut Hidayat, dapat membuka luka lama sejarah Belanda yang pernah menjajah Indonesia.

"Belanda tidak perlu mengkorek-korek luka lama. Dia menjajah Indonesia 3,5 abad dan Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Film itu bisa menimbulkan reaksi umat Islam di negeri ini. Jangan mengadu domba warga dunia," pungkasnya.


berikut sedikit cerita tentang film fitna
Film Anti-Islam "Fitna" Mulai Muncul di Situs Internet
Jumat, 28 Mar 08 09:32 WIB

Geert Wilders akhirnya memuat filmnya "Fitna" di lewat video-sharing di sebuah situs internet pada Kamis (27/3). Dan kekhawatiran bahwa film Wilders itu tendensius dan sengaja ingin menjelek-jelekkan Islam dan kitab suci al-Quran, terbukti.

Film berdurasi 15 menit itu dibuka dengan kartun Denmark dengan gambar seorang laki-laki yang disebut sebagai Nabi Muhammad Saw, memakai sorban dengan bom yang siap meledak di atas kepalanya.

Setelah itu, muncul gambar sebuah halaman Al-Quran di sisi kanan dengan terjemahannya di sisi kiri. Selanjutnya, gambar al-Quran diganti dengan gambar sebuah pesawat terbang yang menghantam Gedung World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 lalu, sementara terjemahan al-Qurannya masih tetap ditampilkan disisi kiri. Setelah itu ditampilkan suasana kacau di jalan-jalan di New York, diwarnai suara bising telepon yang meminta bantuan darurat.

Adegan serupa diulang, seolah ingin menunjukkan adanya hubungan antara ayat-ayat al-Quran dengan peristiwa-peristiwa terorisme, seperti ledakan bom sebuah kereta api di Madrid, Spanyol pada tahun 2004, peristiwan bom London tahun 2005, serangan terhadap pasukan AS di Somalia yang terjadi 10 tahun yang lalu, kasus pembunuhan sutradara Belanda Theo van Gogh tahun 2004 dan insiden pemenggalan kepala di Irak.

Film itu diakhiri dengan adegan seseorang sedang membuka halaman-halaman al-Quran dengan latar belakang suara bunyi kertas dirobek-robek.

Tapi di teks yang muncul di film tersebut, tertulis
"Suara yang Anda dengar berasal dari halaman yang disobek dari buku telepon. Ini bukan urusan saya, tapi umat Muslim sendiri yang harus merobek ayat-ayat yang berisi kebencian dari al-Quran."

Teks selanjutnya bertuliskan,
"Hentikan Islamisasi. Pertahankan kebebasan kita."

Setelah teks ini, bom yang terdapat di gambar kartun yang melecehkan Rasullah tadi meledak. Film berakhir, diiringi suara seperti bunyi gemuruh angin.

Media massa di Belanda menyebutkan, bahwa pemerintah Negeri Kincir Angin sudah menyaksikan film tersebut namun belum bereaksi. Sebelumnya, pemerintah Belanda menyatakan bahwa mereka akan meneliti isi film Wilders jika jadi diputar untuk publik.

"Pemerintah akan melakukan investigasi apakah Wilders telah melakukan tindakan kriminal, Kejaksaan akan memutuskan apa dakwaannya, " demikian penegasan pemerintah Belanda yang sejak jauh-jauh hari sudah mendesak Wilders agar membatalkan filmnya.

Wilders memilih situs internet untuk menyebarluaskan filmnya itu, setelah stasiun-stasiun televisi di Belanda menolak menayangkannya. Wilders tak peduli kecaman dan kritik dari pemerintah Belanda, kalangan Muslim bahkan dari kalangan umat Kristiani yang menolak film "Fitna" tersebut.

Sementara itu, untuk mengantisipasi film tersebut, para pimpinan umat Islam di Belanda sudah memberikan pengarahan agar warga Muslim bersikap tenang dan tidak terprovokasi dengan film Wilders

Malam Peringatan Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Judul acaranya unik: Malam Peringatan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Diselenggarakan oleh Persatuan Muslim Dipowinatan. Acara ini berlangsung di Balai Dipowinatan Yogykakarta, 24 Maret 2008, di tengah-tengah kampung yang begitu padat. Cak Nun, Ibu Novia Kolopaking, dan KiaiKanjeng diundang hadir untuk mengisi acara itu. Dan yang spesial adalah: Letto juga datang di sana. Kehadiran mereka tentu bukan tanpa alasan.
Dipowinatan Legend

"Saya bukan tamu. Di Balai ini saya ketemu Ratmo. Dari sini hidup saya dimulai. Di sini aku ketemu ibumu, Brang," ucap Cak Nun sembari mengenang masa mudanya di kampung Dipowinatan ini. Di KiaiKanjeng, teman karib sedari dulu di kampung ini adalah Novi Budianto dan Joko Kamto. Bahkan Pak Novi asli Dipowinatan. Di Dipo ini pula sejarah teater Dinasti bermula. Bapaknya Noe ini juga mengungkapkan, "saya sebenarnya kenal musik ya dari Dipowinatan. Sampai keliling dunia juga karena musik. Jadi saya ikut kena berkah Novi Budianto putra ketua Ranting Aisiyah Dipowinatan," disambut tepuk tangan meriah hadirin.

Begitulah, acara yang juga dihadiri masyarakat Dipowinatan malam itu ada nuansa nostalgia kehidupan bagi Cak Nun dan komunitas kreatifnya. Maka beberapa persembahan dari KiaiKanjeng juga dikaitkan dengan napak tilas sejarah mereka di Dipo tempo dulu. Sebut saja misalnya penampilan musik-puisi berjudul Nyanyian Gelandangan yang dibawakan Joko Kamto dan Seteng. Puisi itu ditulis tahun 70-an di Dipo, dimusik-puisikan juga di Dipo. Narto Piul juga berkolaborasi dengan KiaiKanjeng membawakan lagu Berdekatankah Kita yang diangkat dari puisi Cak Nun juga ditulis pada masa Dinasti. Selain Cak Nun, Novi Budianto, dan Joko Kamto, para seniman yang berkreativitas dan ada history-nya dengan Dipo juga hadir: Fajar Suharno, Tertib Suratmo, Narto Piul, Godor, Jemek Supardi yang kali itu mempersembahkan sebuah pantomim, Hari Murti dll, dan tak ketinggalan Bang Fauzi Ridjal.

Meski begitu, konsentrasi utama acara ini tetaplah pada maulid Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Karena itulah, begitu naik panggung, Cak Nun mempersilakan anak-anak yang lumayan banyak itu untuk maju ke depan. Dan ketika sudah siap Cak Nun mengajak mereka bershalawat bersama-sama. Hadirin dibagi menjadi tiga. Diminta Cak Nun, kelompok pertama spontan menamai kelompoknya dengan nama kelompok Muhammad, sementara kelompok kedua juga spontan menyebut dirinya kelompok Khadidjah, seolah mencerminkan betapa cinta kepada Nabi Muhammad sudah menjadi bagian tak terpisah dalam kesadaran hidup mereka. Dan kelompok ketiga yang terdiri atas orang-orang dewasa, Cak Nun sendiri yang menamainya kelompok Abdul Muthallib. Mereka semua diajak melantunkan Alhamdulillah wasyukru lillah azka sholati wasalami lirasulillah.

Lepas itu, Cak Nun meminta waktu kepada hadirin untuk sedikit lebih khusyuk berdzikir dan bershalawat. Terlantunlah istighfar, bacaan tasbih, shalawat Ya robbi solli ala muhammad, Assalamualaika, dan Ya Thoibah yang dibaca lebih kompak dan serempak oleh anak-anak.

Kontekstualisasi Sebelum Cahaya

Tibalah giliran Letto, yang datang lengkap personelnya. Cak Nun mengantarkannya dengan kalimat, "Saya datang di Dipo, Dipo dulu rada gelap, sekarang cahaya. Minadhulumati ilan nur.... Neng nek wis cahaya (tetapi kalau sudah cahaya terang), ingatlah sebelum cahaya," disambut tawa hadirin. "Ngomong Le, ra tilang-tileng, rumangsamu gampang po nggawe kowe!" kelakar sang ayah kepada anaknya untuk memulai bicara.

"Jadi ini kesempatan saya menginterview bagaimana ayahanda pacaran dulu....", balas Sabrang kepada ayahnya sekaligus memulai pembicaraan. Sabrang bercerita tentang masa kecilnya di Dipo. Bagaimana ia belajar ke Om-omnya yang seniman semua. "dari Om Jemek, saya belajar pipis dari Jendela, dari Om Simon saya belajar tidak mandi...." kenang Sabrang yang duduk di sebelah Ibu Tirinya.

Kemudian Letto membawakan Sebelum Cahaya. Juga Ruang Rindu; Sampai Nanti, Sampai Mati, Sandaran Hati, Permintaan Hati. Sebelum melantunkan lagu terakhir ini, Sabrang menyampaikan permintaan kepada sanga ayah, “Saya minta ayah tidak terlalu kejam membolehkan saya menikah....". Kehadiran Letto malam itu sungguh membahagiakan semua hadirin, lebih dari sekadar menghibur. Tak heran jika begitu kelihatan Letto datang, anak-anak berebut untuk meminta tanda tangan.

Sementara itu, Ibu Novia juga membawakan lagu yang dulu populer dibawakannya, Asmara. Juga menyanyikan Sebelum Cahaya-nya Letto diiringi musik KiaiKanjeng tepat sesudah Letto membawakannya. Namun, Ibu Novia tak bisa berlama-lama menemani hadirin, karena harus segera pulang. Ketika pamit, Ibu Via mendapat ciuman di kedua pipinya oleh sang suami, dan saling mencium tangan. Suatu adegan kemesraan yang jarang-jarang ditampakkan di depan publik. "Mbak Via akan main sinetron lagi. Tetapi dia hanya mau sinetron yang tidak seperti sinetron pada umumnya. Yaitu sinetron yang memiliki nilai pendidikan," ujar Cak Nun.

Di Dipo, Tercetuslah Garuda Sejati

Dalam kesempatan itu, Cak Nun juga menjelaskan bahwa KiaiKanjeng akan hadir di Belanda atas undangan sejumlah kelompok Kristen di sana. Sementara Letto tahun ini akan keliling Jepang. "Suatu kebetulan. Dua negara itu adalah negara yang dulu ngurung kita," kata Cak Nun. Lebih jauh dikatakannya, "Jepang adalah orang yang awunya kalah dari bangsa kita, meski secara organisasi Jepang oke. Di dunia Barat tak ada wibawa atau awu. Hanya Indonesia yang punya awu. Kita putune orang Jawa, saya ingin kita jadi orang Jawa. Itulah arti Garuda Sejati...kita bangsa Garuda."

Dalam pandangan Cak Nun, garuda itu adalah burung yang mau terbang jauh. Karena dikurung (oleh kolonialisme dll), tak bisa ia terbang. Anaknya garuda belum tentu bisa terbang, terus hingga cucunya sudah mengerti bahwa dia adalah garuda. Maka di depan hadrin, Cak Nun mengajak semuanya untuk membangun garuda sejati. Lebih-lebih Dipowinatan ini nilainya bukan kampung, tetapi bernilai internasional. "Pluralisme sudah dari dulu ada di sini...juga orang Dipo itu jelas-jelas, jelas pilihannya..." garuda adalah analogi akan keunggulan bangsa Jawa yang baru malam itu dipakai Cak Nun. Biasanya burung emprit, atau macan. Agaknya garuda sejati menginspriasi banyak hal. Di antaranya, Dinasti dan KiaiKanjeng berencana menggelar pementasan bertemakan garuda sejati demi menyampaikan pada publik pentingnya kesadaran menemukan diri kebangsaan yang unggul dan pentingnya bercita-cita yang jauh sejauh terbangnya burung garuda.

Ustadz Harwanto Dahlan dan Mama Cetot

Kemesraan acara malam itu diperhangat oleh kehadiran ustadz Harwanto Dahlan. Dalam uraiannya, Ustadz Harwanto mengajak orangtua untuk lebih banyak belakjar kepada orang zaman dulu. "Orang Tua dulu lebih kreatif dalam hal mendidik anak, tanpa kekerasan dan tanpa ngunek-unekke," jelas Ustadz membandingkan pola pendidikan zaman sekarang serta banyak kejadian yang menimpa anak-anak sekarang akibat kurang jitunya kepengasuhan orangtua.

Selain itu, Ustadz Harwanto juga menyoroti transformasi kultural masyarakat Indoensia yang kurang seimbang. Dia menganalogikan ibu-ibu sekarang lebih suka dipanggil mama tetapi di sisi lain belum pas juga disebut mama. Dalam bayangan Ustadz Harwanto mama adalah panggilan kaum modern dan mapan ekonominya berikut gaya hidupnya. Dicandakan olehnya seorang mama yang lagi memarahi anaknya yang meminta sesuatu, “jangan rewel nanti mama cetot lho!". Kata Ustadz Harwanto, "Mama kok cetot, mama ki yo cubit," disambut tawa hadirin. Ditambah lagi, "mama kok kerokan, mama ki yo SPA, facial dll."

Duh Gusti dari Dipo

Masih terkait dengan Maulid Nabi, Cak Nun berpesan agar ibu-ibu tidak membeli yang bukan-bukan dan agar lebih berhemat, karena harga sembako naik. Dalam hal menderita bercerminlah ke Nabi. "Hikmah Nabi ra gede-gede, nggen ngelih, klambi mung telu.... (hikmah Nabi tidaklah muluk-muluk...cukup dalam hal lapar, baju hanya tiga biji), papar Cak Nun. Kemudian Cak Nun mengajak hadirin menyenandungkan Duh Gusti diringi musik KiaiKanjeng. "Duh Gusti ini diperkenalkan oleh Novi Budianto (dari ibunya) di Dipo, dan sudah dinyanyikan KiaiKanjeng di beberapa negara," terang Cak Nun.
Acara malam itu ditutup dengan lantunan Tombo Ati (Minang dan Jawa) dan Syair I'tirofnya Abu Nawas. "Tombo ati itu artinya tombo buat, pertama hati yang penyakiten (karena hasut, iri, dengki dll), dan kedua, hati yang disakiti (oleh orang atau pihak lain). Pukul 01.20 dini hari acara itu usai dengan penuh kebersamaan. “Semoga acara ini bukan sesekali," kata Cak Nun.

nyata dan tidak aneh

Kalau Anda menggenggam sebutir telor, dan beberapa puluh detik kemudian telor itu menjadi matang...
Kalau Anda mengikat roda kereta api, dan tali pengikat itu Anda gigit kemudian roda itupun terangkat dan Anda ayun-ayunkan...
Kalau ayam Anda dicuri oleh maling, dan Anda nge-sot : "Kalau dalam waktu sehari semalam ayam tak dikembalikan, si maling akan lumpuh!" -- sehingga ia lumpuh benar-benar...
Kalau Anda mengisikan jarum, pisau atau keranjang ke dalam perut seseorang yang Anda benci atau cemburu...
Kalau Anda letakkan telapak tangan dua sentimeter di atas meja dan Anda angkat meja itu tanpa menyentuhnya...
Kalau anda memangkas nyala api dan membelah air...
Kalau Anda memimpin rapat penting semalam suntuk, dan pada saat yang sama Anda beredar bersama kelompok siskamling...
Kalau Anda mengucapkan Assalamu'alaikum kepada seekor anjing dan anjing itu menjawab dengan gerak tubuhnya, atau Anda ,menatap mata harimau sehingga ia berlari tunggang langgang...
Kalau anda tahu persis siapa tamu yang sejam lagi datang ke rumah Anda dan mengerti maksud buruk atau baik yang dibawanya...
Kalau Anda mengobrol dengan Ibunda yang bertempat tinggal 300 km dari rumah domisili Anda...
Kalau Anda menggerakkan pasukan lebah untuk menyerbu musuh yang hendak memasuki wilayah Anda...
Kalau Anda mengembara semalaman dengan Khidir penggembala utama para wali Allah yang selalu hidup tersembunyi...
Itu tidak aneh. Itu nyata dan tidak aneh.
Itu wajar dan rasional. Itu lumrah dan ilmiah, meskipun ilmu yang kita ketahui belum tentu mampu menerangkannya, meskipun pengetahuan yang kita kuasai belum tentu sanggup membeberkannya.
Manusia itu lebih tinggi kemampuannya dibanding alam. Manusia memiliki rahasia kemampuanyang mengatasi alam. Apabila hijab rahasia itu terbuka, maka manusia bukan saja menjadi transendental atau bebas dari kungkungan alam, tapi juga sekaligus berarti ia menapak ke maqam lebih tinggi yang semestinya memang ia tempuh.
Manusia bahkan adalah mahluk Allah yang lebih tinggi derajat kemakhlukannya dibanding para malaikat yang kita kenali sebahai gaib.
Tetapi, kalau kemampuan dan rahasia, difestivalkan, dilombakan: itulah yang aneh. Apa haknya untuk memamerkan barang yang bukan miliknya? di mana muka manusia ditaruh dihadapan Tuhannya ketika ia memamerkan dan mantakaurkan anuugrahNya?
Hanya siswa-siswi Taman Kanak-kanak yang masih pantas untuk pamer gaya dan suara.
Sesudah bernyanyi, semua teman-teman bertepuk tangan. Tetapi ketika berangkat dewasa, anak-anak itu belajar tahu bahwa suara itu bukan miliknya. Tak seorang manusia pun bisa menentukan atau memilih warna suaranya, bentuk tubuhnya, cakep-tidak wajahnya, dimana ia lahir, menjadi anak siapa atau putra daerah mana.
Allah yagn menentukan dan memilihkan.
Tetapi kita memang tanpa malu-malu, di dunia ini, menjual milik-milik Allah itu untuk kepentingan pribadi, dengan anggapan seolah-olah diri kita ini seluruhnya adalah hak milik kita.

Kamis, 27 Maret 2008

muhammadkan hamba ya rabbi

muhammadkan hamba ya rabbi
di setiap tarikan napas dan langkah kaki
tak ada dambaan yang lebih sempurna lagi
di ufuk jauh kerinduan hamba muhammad berdiri

muhammadkan ya rabbi hamba yang hina dina
seperti siang malammu yang patuh dan setia
seperti bumi dan matahari yang bekerja sama
menjalankan tugasnya dengan amat terpelihara

sebagai adam hamba lahir dari gua garba ibunda
engkau tuturkan pengetahuan tentang benda-benda
hamba meniti alif-ba-ta makrifat pertama
mengawali perjuangan untuk menjadi mulia

ya rabbi engkau tiupkan ruh ke dalam nuh hamba
dengan perahu di padang pasir yang mensamudera
hamba menangis oleh pengingkaran amat dahsyatnya
dan bersujud di bawah bukti kebenaranmu yang nyata

sesudah berulangkali bangun dan terbanting
merenungi dan mencarilah hamba sebagai ibrahim
menatapi laut, bulan, bintang dan matahari
sampai gamblang bagi hamba allah yang sejati

jadilah hamba pemuda pengangkat kapak
menghancurkan berhala sampai luluh lantak
hamba lawan jika pun fir'aun sepuluh jumlahnya
karena api sejuk membungkus badan hamba

kemudian ya rabbi engkau ajarkan hal kedewasaan
yakni penyembelihan dan kurban, pasrah dan keikhlasan
tatkala dengan hati pedih pedang hamba ayunkan
sukma hamba memasuki ismail yang menelentang

ismail hamba membisikkan firmanmu ya rabbi
bahwa dewasa tidaklah ditandai kegagahan diri
melainkan rela menyaring dan menyeleksi
agar secara jernih berkenalan dengan yang inti

di saat meng-ismail itu betapa jiwa hamba gemetar
ego pribadi adalah musuh yang teramat tegar
jika di hadapanmu masih ada sejumput saja pamrih
maka leher hamba sendiri yang bakal tersembelih

dan memang kepala hamba tanggal berulangkali
di medan peperangan modern ini ya rabbi
hambalah kambing di jalanan peradaban ini
darah mengucur, daging hamba dijadikan kenduri

tulus hati dan istiqamah ismail ya rabbi
betapa sering lenyap dari gairah perjuangan ini
keberanian untuk bersetia kepada kehendakmu
di hadapan musuh gugur satu demi satu

maka hambamu yang dungu belajar menjadi musa
meniti kembali setiap hakikat alif-ba-ta
belajar berkata-kata, belajar merumuskan cara
harun hamba membantu mengungkapkannya

musa hamba membukakan universitas cakrawala
setiap gejala dan segala warna zaman hamba baca
dengan seribu buku dan seribu perdebatan
hamba tuntaskan makna kebangkitan

tongkat hamba angkat dan tegakkan ya rabbi
memusnahkan iklan-iklan takhayul fir'aun yang keji
ular klenik pembangunan, sihir gaya kebudayaan
karena telah hamba genggam yang bernama kebenaran

ya rabbi alangkah agung segala ciptaan ini
kebenaran belaka membuat hidup kering dan sepi
maka engkau jadikan hamba isa yang lembut wajahnya
dengan mata sayu namun bercahaya, mengajarkan cinta

isa hamba sedemikian runduknya kepada dunia
segala tutur kata dan perilakunya kelembutan belaka
sehingga murid-murid hamba dan anak turunnya terkesima
tenggelam mesra dalam isa hamba yang disangka tuhannya

ya rabbi haruslah berlangsung keseimbangan
antara cinta dengan kebenaran
haruslah ada tuntunan pengelolaan
atas segala ilmu dan nilai yang engkau anugerahkan

karena itu muhammadkan hamba ya rabbi
bukakan pintu kesempurnaan yang sejati
pamungkas segala pengetahuan hidup dan hati suci
perangkum bangunan keselamatan para rasul dan nambi

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan
agar tak menangis dalam keyatimpiatuan
agar tak mengutuk meski batu dan benci ditimpakan
agar sesudah hijrah hamba memperoleh kemenangan

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan hamba
agar kehidupan hamba jauh melampaui usia hamba
agar kematian tak menghentikan perjuangan
agar setiap langkah mengantarkan rahmat bagi alam

muhammadkan hamba ya rabbi muhammadkan
di rumah, di tempat kerja serta di perjalanan
agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan
menjadi ayatmu yang indah dan menaburkan keindahan

takkan ada lagi sosok pribadi seanggun ia
dipahami ataupun disalahpahami oleh manusia
kalau tak sanggup kaki hamba menapaki jejaknya
penyesalan hamba akan tak terbandingkan oleh apa pun saja

para malaikat sedemikian hormat dan segan kepadanya
bagai dedaunan yang menunduk kepada keluasan semesta
para nabi berbaris menegakkan sembahyang
engkau perkenankan ia berdiri menjadi imam

ya rabbi muhammadkan hamba, muhammadkan hamba
perdengarkan tangis bayi padang pasir di kelahiran hamba
alirkan darah al-amin di sekujur badan hamba
sarungkan tameng al-ma'shum di gerak perjuangan hamba

kalungkan kebenjian abu jahal di leher hamba
sandingkan keteduhan abu thalib di kaki dukalara hamba
payungkan awan cintamu di bawah terik politik durjana
usapkan tangan sejuk khadijah pada kening derita hamba

kirimlah jibril mencuci hati muhammad hamba
lahirkan kembali wahyumu di detak gemetar jantung hamba
dan kucuran darah luka muhammad oleh pedang kaum pendusta
hadiahkan kepada hamba rasa sakitnya

ya rabbi ya rabbi muhammadkan hamba
bersujud dan tafakkur di gua hira' jiwa hamba
berkeliling ke rumah tetangga, negeri dan dunia
menjajakan cahaya

Rabu, 26 Maret 2008

MEMBACA dan SELIMUT


Kiai Sudrun berkata kepada cucunya, seorang sarjana yang tadi siang
diwisuda.

"Di zaman dahulu kala terdapatlah makhluk yang bernama Kebudayaan Barat.
Pada masa itu tak ada barang di muka bumi ini yang dikutuk orang melebihi
kebudayaan barat sehingga ia dianggap sedikit saja lebih baik dari anjing kurap. Pada masa itu pula tak ada sesuatu pun dalam kehidupan yang dipuja
orang melebihi kebudayaan barat sehingga terkadang ia melebihi Tuhan."

"Ini kisah aneh apa lagi?" bertanya sang cucu.


"Kaum Muslim pada waktu itu sedang mencapai puncak semangatnya untuk
memperjuangkan agamanya, menemukan identitas dan bentukan kebudayaannya
sendiri," si kakek melanjutkan, "Maka dipandanglah kebudayaan barat itu oleh
mereka dengan penuh rasa najis, serta dipakailah barang-barang kebudayaan
barat itu dengan penuh rasa sayang dan kebanggan."

"Lagi-lagi soal kemunafikan!"

"Tak penting benar soal kemunafikan itu dalam kisah ini," jawab Kiai Sudrun,
"setidak-tidaknya engkah sudah paham persis masalah itu, dan lagi yang
hendak aku ceritakan kepadamu adalah soal lain."

Sang cucu diam mendengarkan.

"Kaum Muslim pada waktu itu mempertentangkan Islam dengan kebudayaan barat
seperti mempertentangkan cahaya dengan kegelapan atau malaikat dengan setan.
Padahal sampai batas tertentu, para pelaku kebudayaan barat itu sendirilah
yang dengan ketekunan amat tinggi melaksanakan ajaran Islam."

"Kakek sembrono, ah."

"Tak ada yang melebihi mereka dalam melaksanakan kewajiban iqra', meskipun
kemudian disusul oleh sebagian bangsa-bangsa tetangganya. Tak ada yang
melebihi mereka dalam kesungguhan menggali rahasia ilmu dan mengungkap
kemampuan-kemampuan alam. Mereka telah membawa seluruh umat manusia memasuki
keajaiban demi keajaiban. Mereka mengantarkan manusia untuk mencapai jarak
tertentu dalam waktu satu jam sesudah pada abad sebelumnya mereka memerlukan
perjalanan berbulan-bulan lamanya. Mereka mempersembahkan kepada telinga dan
mata manusia berita dan pemandangan dari balik dunia yang berlangsung saat
itu juga. Mereka telah memberi suluh kepada pengetahuan manusia untuk
mengetahui yang lebih besar dari galaksi serta yang sejuta kali lebih lembut
dari debu."

"Dimuliakan Allahlah mereka," sahut sang cucu.

"Benar," jawab kakeknya, "kalau saja mereka meletakkan hasil iqra' itu di
dalam kerangka bismi rabbika-lladzi khalaq. Seandainya saja mereka
mempersembahkan ilmu dan teknologi itu untuk menciptakan tata hidup yang
menyembah Allah. Seandainya saja ereka merekayasa kedahsyatan itu tidak
untuk penekanan dalam politik, pemerasan dalam ekonomi, sakit jiwa dalam
kebudayaan, serta kemudian kebuntuan dan keterpencilan dalam peradaban."

"Apa rupanya yang mereka lakukan?"

"Memelihara peperangan, mendirikan berhala yang tak mereka ketahui sebagai
berhala, menumpuk barang-barang yang sesungguhnya tak mereka perlukan,
pura-pura menyembah tuhan dan bersenggama dengan binatang."

"Anjing kurap!" teriak sang cucu.

"Memang demikian sebagian dari Kaum Muslim, memaki-maki, tapi kebanyakan
dari mereka bergabung menjadi pelaku dari pembangunan yang mengarah kepada
kebudayaan yang semacam itu."

"Munafik!" sang cucu berteriak lagi.

"Menjadi seperti kau inilah sebagian dari Kaum Muslim di masa itu. Dari
sekian cakrawala ilmu anugerah Allah mereka mengembangkan satu saja, yakni
kemampuan untuk mengutuk dan menghardik. Tetapi kemudian karena tak ada
sesuatu pun yang berubah oleh kutukan dan hardikan, maka mereka pun pergi
memencilkan diri: melarikan diri ke dalam hutan sunyi, mendirikan
kampung-kampung sendiri - di pelosok belantara atau di dalam relung kejiwaan
mereka sendiri. Mereka menjadi bala tentara yang lari terbirit-birit
meninggalkan medan untuk menciptakan dunianya sendiri. Mereka ini mungkin
kau sebut kerdil, tetapi sesungguhnya itu masih lebih baik dibandingkan
kebanyakan orang lain yang selalu berteriak sinis 'Kalian sok suci!' atau
'Kami tak mau munafik!' sementara yang mereka lakukan sungguh-sungguh adalah
kekufuran perilaku dan pilihan. Namun demikian tetaplah Allah Mahabesar dan
Mahaadil, karena tetap pula di antara kedua kaum itu dikehendakiNya
hamba-hamba yang mencoba merintis perlawanan di tengah medan perang. Mereka
menatap ketertinggalan mereka dengan mata jernih. Mereka ber-iqra', membaca
keadaan, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesanggupan
mengolah sejarah, sambil diletakkannya semua itu dalam bismi rabbi. Ilmu
ditimba dengan kesadaran dan ketakjuban Ilahiah. Teknologi ditaruh sebagai
batu-bata kebudayaan yang bersujud kepada Allah."

"Maka lahirlah makhluk baru di dalam diri Kaum Muslim," berkata Kiai Sudrun
selanjutnya, "Gerakan intelektual. Orang dari luar menyebutnya
intelektualisme-transendental atau intelektualisme-religius, meskipun Kaum
Muslim sendiri menyebutnya gerakan intelektual - itu saja - sebab
intelektualitas dan intelektualisme Islam pastilah religius dan
transendental."

"Dongeng kakek menjadi kering ...," sahut sang cucu.

"Itu iqra' namanya. Gerakan iqra', yang ketiga sesudah yang dilakukan oleh
Muhammad dan kemudian para ilmuwan Islam yang kau ketahui menjadi sumber
pengembangan kebudayaan barat."

Sang cucu tak memrotes lagi.

"Akan tetapi mereka, Kaum Muslim itu, adalah - kata Tuhan - orang-orang yang
berselimut. Mudatstsirun. Orang-orang yang hidupnya diselimuti oleh berbagai
kekuatan tak bismi rabbi dari luar dan dari dalam diri mereka sendiri.
Selimut itu membuat tubuh mereka terbungkus dan tak leluasa, membuat kaki
dan tangan mereka sukar bergerak, serta membuat hidung mereka tak bisa
bernafas dengan lega."

Sang cucu tersenyum.

"Kepada manusia dalam keadaan terselimut itulah Allah berfirman qum!
Berdirilah. Tegaklah. Mandirilah. Lepaskan diri dari ketergantungan dan
ketertindihan. Untuk tiba ke tahap mandiri, seseorang harus keluar terlebih
dahulu dari selimut. Ia tak akan bisa berdiri sendiri bila terus saja
membiarkan diri terbungkus kaki tangannya serta terbungkam mulutnya."

Sang cucu tersenyum lebih lebar.

"Firman berikutnya adalah fa-andzir! Berilah peringatan. Lontarkan kritik,
teguran, saran, anjuran. Ciptakan kekuatan untuk mengontrol segala sesuatu
yang wajib dikontrol." - Sampai di sini Kiai Sudrun tiba-tiba tertawa
cekikikan - "Syarat untuk sanggup memberi peringatan ialah kemampuan untuk
mandiri. Syarat untuk mandiri ialah terlebih dahulu keluar dari selimut.
Namun pada masa itu, cucuku, betapa banyak nenek moyangmu yang tak
memperhatikan syarat ini. Mereka melawan kekuasaan padahal belum bisa
berdiri tegak. Mereka mencoba berdiri padahal masih terbungkus dalam selimut
... " - tertawa Kiai Sudrun makin menjadi-jadi.

Disusul kemudian oleh suara tertawa cucunya, "Kakek luar biasa!" katanya,
"Kakek memang cerdas luar biasa!"

"Apa maksudmu?" bertanya Kiai Sudrun di tengah derai tawanya.

"Kakek menirukan hampir persis segala yang kuceritakan kepada kakek tadi
malam dari buku-buku kuliahku."

Mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal.

MBOK GAK USAH ADA NERAKA

Setiap calon santri di padepokan Sang Sunan, ditest dulu bagaimana ia membaca kalimat syahadat. Dan Saridin memiliki lafal dan caranya sendiri dalam bersyahadat. Suatu cara yang Gus Dur saja pasti tidak berani melakukannya, minimal karena badan Gus Dur terlalu subur - sementara Saridin adalah lelaki yang atletis dan seorang pendekar silat yang mumpuni.

Tapi sebelum hal itu diceritakan, karena Saridin khawatir Anda kaget lantas darah tinggi Anda kambuh, maka harus diterangkan dulu beberapa hal mendasar
yang menyangkut hubungan antara Tuhan dengan humor.

*

Sejak mulai akil balig, Saridin secara naluriah maupun perlahan-lahan secara
rasional memutuskan untuk melihat dan memperlakukan kehidupan ini sebagai
sesuatu yang sangat bersungguh-sungguh - namun ia menjalanninya dengan urat
saraf yang santai dan dengan kesiapan humor yang setinggi-tingginya.

Soalnya, diam-diam, jauh di dalam lubuk hatinya, Saridin yakin bahwa Tuhan
sendiri sesungguhnya adalah Maha Dzat yang penuh humor ...

Memang belum tentu benar, belum tentu baik dan arif, untuk menyebut bahwa
Tuha itu Maha (Peng- atau Pe-) Humor. Di antara 99 asma dan watakNya, tidak
terdapat nama Maha Humor. Tapi kalau misalnya di satu pihak Tuhan itu Maha
Penyayang dan di lain pihak Ia Maha Penyiksa, atau di satu sisi Ia Maha
Pengasih dan di sisi lain Ia Maha Penghukum, atau di satu dimensi Ia Maha
Penabur Rejeki tapi sekaligus pada dimensi lain Ia Maha Penahan Rejeki -
terpaksa kadang-kadang kita menganggap itu suatu jenis humor. Paling tidak
supaya kepala kita tidak pusing.

Ada sih penjelasan kontekstualnya. Tuhan mengasihi atau menyiksa
hamba-hambaNya menurut konteks dan posisi nilai yang memang relevan untuk
itu. Tuhan mungkin mengasihi siapa saja meskipun mereka mbalelo kepadaNya:
Tuhan tetap memelihara napas para maling, Tuhan tidak menyembunyikan
matahari dari para perampok, Tuhan tidak menghapus ilmu dari otak para
koruptor.

Tapi tidak mungkin Tuhan menyiksa orang yang patuh kepadaNya. Tuhan tidak
mungkin menghukum orang yang tak punya kesalahan kepadaNya. Kalau Tuhan
menahan rejeki orang yang taat kepadaNya, maka penahanan rejeki itu mungkin
merupakan suatu jenis rejeki tertentu yang merupakan metoda agar orang
tersebut menghayatinya dan memperoleh nilai yang lebih tinggi. Atau kalau
seseorang yang baik kepada Tuhan tapi lantas diberi kemiskinan atau
penderitaan, tentu yang terjadi adalah satu di antara tiga kemungkinan.

Pertama, itu teguran. Alhamdulillah dong kalau Tuhan berkenan mengkritik
kita. Itu artinya kita punya kans untuk menjadi lebih baik. Kedua, itu
ujian. Juga alhamdulillah, karena hanya orang yang disediakan kenaikan
pangkat saja yang boleh ikut ujian. Dan ketiga, itu hukuman. Ini lebih
alhamdulillah lagi, karena manusia selalu membutuhkan pembersihan diri,
memerlukan proses pensucian dan kelahiran kembali.

*

Jadi menurut Saridin jelas, bahwa bagi mata pandang manusia, ide-ide
penciptaan yang Ia paparkan pada alam semesta dan kehidupan, banyak sekali
mengandung hal-hal yang kita rasakan sebagai 'humor'.

Bukan hanya ketika kita melihat perilaku monyet, umpamanya - yang membuat
Saridin berpikir: "Ah, ini yang bikin tentu Dzat yang maha pencipta humor,
atau sekurang-kurangnya pencipta monyet adalah Entertainer Agung bagi jiwa
dahaga manusia ..."

Soalnya kelakuan monyet 'kan mirip-mirip Anda ...

*

Juga Anda mengalami sendiri betapa banyaknya hal-hal yang lucu di muka bumi
ini, bahkan juga mungkin di luar bumi. Saridin sendiri amat sering tertawa
riang atau tertawa kecut kalau melihat atau mengalami kehendak-kehendak
Tuhan tertentu. Umpamanya tatkala Adam tinggal di sorga, Tuhan sengaja bikin
pohon Khuldi, tapi dilarangnya Adam menyentuh. Tapi pada saat yang sama, Ia
ciptakan Iblis untuk menggoda agar Adam melanggar larangan itu - dan
akhirnya terjadi benar.

Sehingga beliau beserta istri terlempar ke muka bumi, dan kita semua
terpaksa menjumpai diri kita juga tidak lagi di sorga, melainkan di bumi.
Itupun bumi yang sudah dikapling-kapling oleh konsep adanya negara. Oleh
adanya organisasi pemerintahan yang kerjanya memerintah dan melarang seperti
Tuhan. Kalau Tuhan sih memang berhak seratus persen memerintah dan melarang karena memang Ia yang menciptakan kita dan semua alam ini, serta yang menyediakan hamparan rejeki dan menjamin hidup manusia.

Tapi pemerintah 'kan nyuruh kita cari makan sendiri-sendiri. Kalau kita
kelaparan atau dikubur hutang, kita tidak bisa mengeluh kepada pemerintah.
Hubungan kita dengan pemerintah hanya bahwa kita sebuah berada di bawah
kekuasaannya tanpa ada jaminan bahwa kalau kita mati kelaparan lantas mereka akan menangisi kita dan menyesali kematian itu. Semakin banyak di antara kita yang mati, secara tidak langsung program KB akan semakin sukses.

*

Soal ini memang tergolong paling lucu di dunia. Kalau di negara sosialis
dulu, rakyat dijamin kesejahteraannya meskipun minimal, namun sama rata sama
rasa - dengan catatan tidak boleh mbacot, tidak boleh membantah, alias tidak
ada demokrasi. Kalau di negeri kapitalis, setiap orang memiliki hak bicara,
hak ngumpul dan berserikat - tapi dengan syarat harus cari makan sendiri-sendiri, harus mandiri dan berani bersaing, berani jadi gelandangan
kalau kalah.

Lha Anda adalah rakyat yang hidup di negeri yang mengharmonisasikan dua
keistimewaan dari negeri sosialis dan negeri kapitalis. Anda tidak usah banyak bicara, tak usah membantah, tak perlu protes-protes, karena toh makan
dan kesejahteraan hidup Anda harus Anda jamin sendiri ...

Departemen Sosial, Polsek, Babinsa, Koramil, Majelis Ulama, ICMI, PCPP,
YKPK, PNI-Baru maupun Neo-Masyumi, tidak menjamin bahwa Anda beserta
keluarga akan tidak sampai kelaparan.

*

Bahkan pada saat-saat kita tidak paham pada takdirnya yang menimpa kita, dan
itu mungkin menyedihkan, demi supaya kita tetap survive secara psikologis
-seringkali kita anggap saja itu semua adalah Humor dari yang Maha Kuasa.

Misalnya saja soal Pak Adam di sorga itu. Kalau kita boleh bermanja kepada
Tuhan, mbok ya biarkan saja beliau menghuni sorga. Mbok ya Tuhan ndak usah
menciptakan Setan, Iblis dan sebangsanya itu. Mbok ya langsung saja manusia
yang merupakan hasil ciptaan terbaik ini ditakdirkan saja untuk menghuni
sorga, sehingga Tuhan tak usah juga bikin neraka.

Soalnya gara-gara Iblis menang dan sukses dalam menggoda Adam, lantas di
dalam perkembangan dunia maupun pembangunankebudayaan nasional - Setan dan Iblis malah mendapatkan peluang yang besar untuk menjadi idola.

Dalam praktek-praktek kehidpan politik, dalam mekanisme perekonomian dan
dunia bisnis, dalam soal-soal pembebasan tanah, soal kebebasan asasi manusia
dan lain sebagainya - Setan banyak menjadi wacana utama. Para penguasa
tertentu dan pemegang modal besar tertentu, banyak memperlakukan Iblis
sebagai mitra-kerja, dengan alasan: "Alah, wong Pak Adam saja juga kalah
waktu digoda oleh blis kok ..."

*

Itulah sebabnya Saridin, ketika diperintah oleh Sunan Kudus untuk
bersyahadat, memutuskan untuk menempuh suatu cara yang membuktikan bahwa ia bukan saja tidak takut melawan Iblis dan Setan - Saridin bahkan membuktikan bahwa ia tidak takut mati. Saridin membuktikan bahwa Saridin lebih besar dibanding kematian ...

petuah bijak dari inbox emailku

1 tamparan untuk 3 pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air.
Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari
seorang guru agama, kiyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang
kiyai.

Pemuda : Anda siapa Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanya an saya?
Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.

Pemuda: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan ramai orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kiyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.

Pemuda : Saya ada 3 pertanyaan:
1.Kalau memang Tuhan itu ada,tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2.Apakah yang dinamakan takdir
3.Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.

Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
Kiyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit.
Kiyai : Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?

Pemuda : Ya!
Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu!

Pemuda : Saya tidak bisa.
Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan
kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan darisaya hari ini?
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir.

Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Sakit.

Kiyai : Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.
====================================
Sholat Lima Waktu

Dalam kitab Hikaya ash-Shuufiyyah dikisahkan, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya di hadapan setiap orang ada 5 siksa yang tidak dapat dihindari, kecuali oleh orang yang kurus kering”. Lalu Abu Bakar ra bertanya, “Apakah 5 siksa itu, yaa Rasulullah?”.
Rasulullah Saw menjawab:
1)- Mati dan kekusahannya
2)- Kubur dan kesempitannya
3)- Pertanyaan Munkar dan Nakir, serta kedahsyatannya
4)- Timbangan amal dan kekhawatiran dalam menghadapinya
5)- Shiraath dan ketajamannya”.

Saat Abu Bakar mendengar jawaban itu, dia langsung menangis dengan begitu keras, sampai langit yang tujuh dan semua malaikat ikut menangis. Lalu Jibril pun turun dan berkata, “Yaa Muhammad, katakan kepada Abu Bakar untuk tidak menangis. Apakah engkau tidak mendengar perkataan orang Arab, bahwa setiap penyakit ada obatnya selain mati?”.

Kemudian Jibril melanjutkan dan berkata, “Barangsiapa menunaikan sholat Subuh, maka kematian dan kesulitannya akan menjadi ringan. Barangsiapa menunaikan sholat ‘Isya, maka licinnya shiraath dengan mudah dilalui. Barangsiapa menunaikan sholat Dzuhur, maka kubur dan kesempitannya menjadi mudah baginya. Barangsiapa menunaikan sholat Ashar, maka pertanyaan Munkar dan Nakir, serta kehebatannya menjadi ringan baginya. Dan barangsiapa menunaikan sholat Maghrib, maka timbangan akan mudah dilalui”.
Wa Allahu A’alam.

(MQ. Time) Kunci kebaikan akhlak seseorang terletak pada ibadahnya yang baik dan yang istiqamah dilakukan.

================================
* Assalamu'alaikum wr.wb *
Mudah2an ada manfaatnya artikel ini untuk meningkatkan kualitas
ibadah kita. Amin

**Rahasia dibalik Adzan * *

Renungkanlah WAHAI SAHABAT-SAHABATKU yang dirahmati ALLAH SWT,
Mengapa lidah kelu disaat kematian? Tetapi kematian itu pasti menjelma.
Hanya masa dan waktunya yang tidak kita ketahui. Coba kita amati.

Mengapa kebanyakan orang yg nazak (hampir ajal tidak dapat berkata apa-
apa.. lidahnya kelu, keras dan hanya mimik mukanya yang menahan kesakitan
'sakaratul maut'.

Diriwayatkan sebuah hadis yg bermaksud: "Hendaklah kamu mendiamkan diri
ketika azan, jika tidak Alloh akan kelukan lidahnya ketika maut
menghampirinya. "
Ini jelas menunjukkan, kita disarankan agar mendiamkan diri, jangan berkata
apa-apa pun semasa azan berkumandang.

Sebagai orang beragama Islam kita wajib menghormati azan. Banyak
fadhilatnya.

Jika lagu kebangsaan kita diajar agar berdiri tegak dan diamkan diri.
Mengapa ketika azan kita tidak boleh mendiamkan diri? Lantas sesiapa yang
berkata-kata ketika azan, Alloh akan kelukan lidahnya ketika nazak.

Kita takut dengan kelunya lidah kita semasa ajal hampir tiba maka kita tidak
dapat mengucap kalimah "Lailahaillallah. ." yang mana sesiapa yang dapat
mengucapkan kalimah ini ketika nyawanya akan dicabut Alloh dgn izinNya
menjanjikan syurga
untuk mereka. Dari itu marilah kita sama-sama menghormati azan dan mohon
kepada Alloh supaya lidah ini tidak kelu semasa nyawa kita sedang dicabut.

"Ya Alloh! Anugerahkanlah kematian kami dengan kematian yang baik lagi
mulia, lancarkan lidah kami mengucap kalimah "Laa ilaha illallah.." semasa
sakaratul maut menghampiri kami. Amin.. amin.. amin Yarobbal a'lamin.."

* WASIAT NABI MUHAMMAD S.A.W. kepada SAIDINA ALI R.A.; **
Wahai Ali, bagi orang ** MUKMIN ** ada 3 tanda-tandanya:
1) Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia.
2) Tidak terpesona dengan pujuk rayu.
3) Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia..

Wahai Ali, bagi orang ' ** ALIM ** itu ada 3 tanda2nya:
1) Jujur dalam berkata-kata.
2) Menjauhi segala yg haram.
3) Merendahkan diri.

Wahai Ali, bagi orang yg ** JUJUR ** itu ada 3 tanda2nya:
1) Merahasiakan ibadahnya.
2) Merahasiakan sedekahnya.
3) Merahasiakan ujian yg menimpanya.

Wahai Ali, bagi org yg ** TAKWA ** itu ada 3 tanda2nya:
1) Takut berlaku dusta dan keji.
2) Menjauhi kejahatan.
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman.

Wahai Ali, bagi ** AHLI IBADAH ** itu ada 3 tanda2nya:
1) Mengawasi dirinya.
2) Menghisab dirinya.
3) Memperbanyakkan ibadah kepada Allah SWT

Kita mengirimkan ribuan 'jokes' dan 'surat berantai' melalui e-mail
tetapi bila mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali berfikir
2 atau 3 kali.
** OLEH ITU JANGAN BIARKAN DIRI KITA INI MENJADI SEBAHAGIAN DARI
KELUCUAN TERSEBUT, INSYA'ALLAH ** .

** Wassalamu'alaikum wr.wb **
=============================
JUDI SMS MENGGILAAAA ......

Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan. Tengok saja misalnya INDONESIAN IDOL, KDI, dsb. Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit penyanyi terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium.

Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum -- setidaknya sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS biayanya --anggaplah- - Rp 2000. Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMS Center Satelindo, Telkomsel, dsb. Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS. Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya. Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800), maka jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone? Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah). Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang diraupnya sebagai "biaya promosi"! Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah.
Kata"siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsahandphone. Pulsa ini dibeli pakai uang. Artinya : Kuis SMS adalah 100%judi.


Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat. Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini. Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka.
===================================


Kamis, 20 Maret 2008

Bakri Lebih Kaya dari Nabi Sulaiman


Bakri Lebih Kaya dari Nabi Sulaiman

Lupa tahun berapa. Pak Harto masih berkuasa. ABRI dan Golkar sedang kuat-kuatnya.
Menteri Agama waktu itu Pak Tarmidzi Taher, Pangdam Jatim Pak Hartono Banyuanyar
Madura, Gubernur Jatim mungkin Pak Basofi Sudirman. Seingat saya ketiga beliau hadir
di BPPM Pondok Gontor Ponorogo siang itu bersama Bambang Tri Hatmojo boss Bimantara. RCTI meliput acara itu untuk siaran tunda, dipimpin langsung oleh direkturnya: Andy
Ralli Siregar. Waktu itu RCTI masih sempit wawasan dan pengalaman pasarnya,
sehingga menyangka saya dan KiaiKanjeng layak tayang. Kesempitan wawasan itu segera
dibayar dengan pernyataan pengunduran diri sang Direktur hanya beberapa puluh menit
sesudah saya dan KiaiKanjeng naik panggung.

Pasalnya, beberapa menit saya di panggung, saya dikasih kertas kecil berisi
peringatan agar saya hati-hati bicara terutama karena ada anaknya Pak Harto. Maka
saya benar-benar sangat berlaku hati-hati. Saya mengangkat tangan kiri dengan
hati-hati, telunjuk saya luruskan dengan hati-hati dan saya tudingkan ke arah
Bambang Tri Hatmojo.

Tangan saya adalah anugerah Allah yang sangat mahal, sehingga saya gunakan pula
untuk menuding orang yang paling mahal dan penting. "Bambang Tri!", kata saya
dengan hati-hati, "Nanti pulang ke rumah bukalah buku catatan kekayaanmu. Coba
dihitung dengan seksama berapa persen yang halal, berapa persen yang haram dan
berapa persen yang syubhat...."

Karena atmosfir suasana dan wajah semua orang yang hadir terutama para pejabat
tinggi menjadi sangat tegang dan kebingungan, saya meneruskan : "Saya tahu kata2
dan sikap saya sangat menusuk dan menyakitkan hati Bung Bambang, tetapi mohon
diingat bahwa itu hanya secipratan dibandingnya sakitnya hati rakyat selama ini..."
Setelah itu bisa dibayangkan sendiri apa yang terjadi, bagaimana nasib saya,
bagaimana nasib Kiai Gontor yang sesepuh saya di hadapan Pak Harto, bagimana nasib
Direktur RCTI di depan pemilik Bimantara Bambang Tri Hatmojo dst.

Apalagi ketika
kemudian mendadak MC berdiri dan memotong pembicaraan saya dengan mengatakan
"Saudara-saudara demikianlah tadi telah berlangsung seluruh rangkaian acara...."
Spontan dengan hati-hati saya menggebrak meja dan saya bentak MC itu dan saya suruh
turun panggung....

Kalau Anda hadir di Bangbang Wetan insyaallah ada kemungkinan saya kisahkan secara
lebih detail apa yang kemudian terjadi. Suharto masih sangat berkuasa, tentara dan
polisi ada di mana-mana karena Pangdam hadir Menteri hadir dan terutama anaknya Pak
Harto hadir.

Jangan dibandingkan dengan situasi sekarang. Ketika Orba semua orang "ndelosor"
ketakutan. Beda dengan di masa reformasi, sekarang ini: semua orang pemberani,
hebat-hebat, kritis, progresif dan berani melawan siapa saja. Di masa reformasi
semua orang bangkit, semua orang bisa jadi Menteri, semua orang bisa jadi Gubernur,
anggota DPR, Bupati, Walikota...

Kecuali saya. Saya sangat penakut begitu era reformasi berlangsung. Sehingga kalau
umpamanya saya terlibat dalam suatu forum di mana ada Aburizal Bakri, saya jamin
saya tidak akan berani mengucapkan kalimat seperti yang saya ucapkan di depan umum
kepada Bambang Tri Hatmojo : "Bung Ical, nanti pulang ke rumah bukalah buku catatan
kekayaanmu. Coba dihitung dengan seksama berapa persen yang halal, berapa persen
yang haram dan berapa persen yang syubhat...."

Mungkin karena beliau saya bayangkan lebih kaya dibanding Nabi Sulaiman, meskipun
hal itu harus diinvestigasi. Mungkin juga karena dalam pemetaan struktural global
seperti sekarang belum ada pasal-pasal fiqih yang bisa dipakai sebagai parameter
untuk mengukur apakah uang yang itu halal atau haram. Kausalitas, sebab akibat,
asal muasal, ujung pangkal dan sangkan paran setiap lembar uang di tangan seseorang
sangat susah ditentukan posisi fiqhiyahnya, halal haramnya.

Yang saya mampu lakukan adalah tiga hari yang lalu khushusan dari Jakarta saya
datang ke Sidoardjo untuk berkumpul dengan sekitar 120 perwakilan dan tokoh-tokoh
masyarakat korban lumpur yang berjumlah sekitar 11.600 KK atau sekitar 47.000
orang, di luar 290 KK yang masih tinggal di Pasar Porong. Sebelum itu saya temui
dulu Bupati Sidoardjo untuk memastikan di mana "alamat" beliau dalam peta lumpur
hari ini dan ke depan.

Alhamdulillah Sidoardjo solid. Nanti Pebruari Sidoardjo Bangkit. Kami menyepakati
sejumlah prinsip secara penuh tekad bulat, menyusun sekian agenda bertahap ke
depan. Monggo saja.****

oleh : Emha Ainun Nadjib

MBAH Surip ...... indonesia yang selalu tersenyum


Hahaha… hohohoh…”

Demikianlah Mbah Surip biasa berkelakar… damai, sepertinya tak ada beban dalam hidupnya, everything is alright (jadi kayak lagu-nya Bob Marley nech boz). Rambutnya gimbal, umurnya sudah kepala 6 alias 60 tahun tapi jiwa-nya nampak seperi anak muda, melanglang buana, ekspresikan kebebasan ala seniman. Mantab bener…


Dulu pertama tahu mbah surip ketika dapet undangan nonton AMI 2004 kalau gak salah. itu kan siaran LIVE jadi pas commercial break mbak surip mentas. untuk pertama mungkin orang rada aneh.. tapi setelah penampilan ke 2 nama mbah surip terus dipanggil 2. bahkan Iwan Fals yang kala itu dapet penghargaan Life time archievment award pun menggambil kat dari mbah surip... I love u Fulll... dan kata2 itu ngetrend sampe sekarang.
buat komunitas Kenduri cinta mungkin tidak asing lagi dengan mbah surip. hampir setiap KC pasti ada beliau. dan komunitas KC pun tidak bosen kalau tiap kali mbah surip menyanyikan lagu yang sama... tetep antusias menjawab Tidur lagi........ di lagu tidur laginya mbah surip dan tak gendong nya.

Mbah Surip sosok mbah jalanan namun kreatif ini sudah menghsilkan beberapa album rekaman dari tahun 1997 diantaranya, Ijo Royo-royo (1997), Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003) dan barang Baru (2004).
Ayo terus semangat Mbah… sebarkan semangat kebebasan,
“I Love U Full”
semoga indonesia tetap tersenyum seperti anda

akhlak muhammad (maulid nabi 12 rabiul awal 1429)



Jika Engkau Memaafkan
Ada seorang teman bernama Abdullah ibn Ubay, yang kerjanya tiap hari --benar-benar tiap hari: mengejek Muhammad SAW, menyindir-nyindir, melecehkan, dan menghinanya. Itu berlangsung sepanjang hidup Muhammad SAW. Atas keadaan ini, bikinlah sayembara: siapa pun yang bisa menemukan satu kata saja balasan ejekan atau hinaan dari Muhammad SAW, apalagi kemarahan dan tindakan kekerasan --boleh diambil dari bahan sejarah yang mana pun, dari buku hadis, sunah Rasul maupun sirah Rasul-- mari kita urunan untuk memberi hadiah kepada yang bisa menemukannya. Termasuk tak ada satu kata buruk pun dari mulut Muhammad SAW atas orang-orang kampung Thaif yang mengusirnya dan melemparinya dengan batu hingga berdarah.

Allah sendiri memberikan acuan moral yang jelas kepada setiap orang yang dianiaya. Ia secara yuridis berhak melakukan hal yang sama, tak boleh lebih, kemudian dikunci oleh-Nya dengan keindahan: "Jika engkau memaafkannya, itu lebih baik di hadapan-Ku."

Muhammad SAW adalah manusia jelata (ia menolak menjadi mulkan-nabiyya atau nabi yang raja, dan memilih menjadi 'abdan-nabiyya, yakni nabi yang rakyat jelata) yang amat sengsara selama hidupnya, juga disengsarakan sesudah matinya, bahkan sampai berabad-abad sesudah itu. Fitnah dan kesalahanpahaman publik adalah menu utamanya. Panjang rumahnya 4,80 cm, lebarnya 4,62 cm. Allah tak mengizinkannya sekadar untuk punya satu anak lelaki, kecuali si Qosim yang diambil oleh-Nya kembali di masa kanak-kanaknya. Menantunya dibunuh orang. Kedua cucunya juga. Cucu pertamanya diracun oleh istrinya sendiri, ketahuan olehnya, ia memaafkannya, kemudian besok paginya diracun lagi dan meninggal. Cucu yang kedua bukan hanya dibunuh, tapi kepalanya diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer, sehingga kuburannya di dua tempat.

Muhammad SAW amat suka kambing bakar, khususnya kaki depan sebelah kiri. Dan kaki itulah yang dipanggang oleh Zaenab, seorang wanita Yahudi, dilumuri racun dan disuguhkan kepada beliau. Tubuh Muhammad SAW panas parah karena itu, dirawat di rumah Maimunah, tapi kemudian beliau meminta pindah opname di rumah Aisyah. Sebab Maimunah masih familinya sendiri, sehingga orang-orang yang bukan keluarganya tidak bebas membesuk beliau. Dengan pindah ke rumah Aisyah, maka semua golongan, parpol, ormas, lain agama dan aliran, punya peluang yang sama untuk menjenguk beliau.

Mencicipi Kesengsaraannya
Ini orang menjahit pakaiannya sendiri, menambal sepatunya sendiri, selama hidupnya tidak pernah makan kenyang tiga hari berturut-turut kecuali selalu ada hari-hari kelaparan. Istrinya tidak pernah bisa seminggu penuh menyuguhkan makanan secara sempurna kecuali selalu ada saat-saat panjang yang tak ada apa pun yang bisa disiapkan di meja makan rumah tangga mereka.

Jika di malam hari salat tahajud terlalu lama di masjid sehingga pulang terlambat, suami yang kalau bersuara selalu lirih dan kalau berjalan selalu menundukkan muka ini merasa pekewuh untuk membangunkan istrinya, sehingga tidur beralaskan kayu di depan pintu rumahnya.

Tentu semua gambaran kemelaratan itu bukanlah melankoli kesengsaraan. Tapi fitnah yang menimpanya sepanjang sejarah mungkin takkan tertanggungkan oleh siapa pun lainnya. Salah satu puncak kesengsaraan Muhammad SAW terkandung di balik salah satu statemennya yang penuh kedalaman duka: "Al-Islamu mahjubun bil-Muslimin." Islam ditutupi oleh kaum muslimin. Entah sedikit, entah sejumlah, entah banyak, entah kebanyakan --perilaku kaum muslimin bukan hanya tidak merepresentasikan Islam, lebih dari itu bahkan menutupi Islam. Menutupi itu melenyapkan, meniadakan.

Beribu kali saya terlibat dalam forum massa, umum maupun kaum muslimin, dan yang terindah adalah tatkala forum itu diberi judul "Memetik Kesengsaraan Rasulullah".

Beberapa kawan menanyakan, apakah saya tidak tersinggung atau marah atas karikatur di Denmark itu. Dengan sangat hati-hati saya memberikan beberapa jawaban: dengan segala keburukan dan kehinaan, saya ini amat amat amat mencintai Rasulullah Muhammad SAW. Ia manusia yang paling mencintai Allah dan paling dicintai Allah: bagaimana mungkin ada satu molekul dari hidup saya yang tak berisi cinta kepadanya. Kadar cinta saya kepada beliau membawa saya naik mabuk di atas mabuk, melayang lebih dari segala melayang, meringkuk lebih dari segala meringkuk, bahkan jauh melebihi kehidupan dan kematian saya.

Segala hinaan, ejekan, lecehan, dan cercaan, sampai tingkat sebrutal apa pun, tak akan mengurangi kadar cinta saya, 1 cc-pun. Cinta kepada Rasulullah memenuhi jiwa dan hidup saya, sehingga cinta saya kepada keluarga, khalayak, bangsa, negara, dan umat manusia: menjadi lebih indah, bercahaya, dan penuh kedamaian, di kandungan cinta kepada beliau. Sedahsyat-dahsyat penghinaan tak bisa menandingi kedahsyatan dan mutlaknya kematian, padahal cinta saya kepada beliau mengatasi hidup dan mati. Dan kalau Rasulullah tidak pernah marah, bahkan bersikap lembut dan selalu memaafkan orang yang menghinanya: bagaimana mungkin orang yang mencintai Rasulullah berani melakukan yang bukan kelembutan dan permaafan?

Juga titipan Allah melalui Muhammad SAW yang bernama Islam sangat memberi saya kecerdasan, kecerahan, kekuatan, dan ketenteraman --yang tak akan bisa seserpihkan dikurangi kadarnya oleh segala jenis penghinaan. Islam sangat memberi perlindungan dan sandaran. Islam sendiri tidak memerlukan saya, saya yang membutuhkan Islam. Bahkan, kalau boleh berterus terang, segala macam cercaan itu tidak berakibat apa-apa selain menambah senyuman saya dalam Islam dan memupuk cinta saya kepada Muhammad SAW. Penghinaan itu bahkan membantu dan menambahi tingkat tinggi maqam surga beliau.

Adapun tentang teman-teman Denmark itu, apakah engkau tidak mempelajari sejarah mereka, alam pikiran mereka, pengalaman peradaban mereka: sehingga engkau kaget oleh jenis ekspresi mereka? Atas dasar kenyataan ke-Denmark-an yang mana dan dimensi apa pada realitas alam pandang mereka sehingga engkau mengharapkan sesuatu yang bukan seperti karikatur itu? Kenapa engkau mengharapkan ayam mengembik atau mengharuskan kambing berkokok?

Pun tentang kaum muslimin yang berang, marah, naik pitam, mengamuk: kenapa engkau heran atau mengharapkan mereka tak berbuat seperti itu? Apa engkau kira mereka adalah Ali bin Abi Thalib? Berdasarkan tradisi pendidikan Islam yang mana, kebudayaan keagamaan kaum muslimin yang mana, kedewasaan, kearifan, dan kematangan kemanusiaan yang mana --sehingga engkau memprihatinkan amuck mereka?

Saya tidak akan meludahi mukamu, sebab aku tidak yakin engkau akan tidak marah juga seperti itu, bahkan dendammu mungkin akan tak pernah lenyap sepanjang hidupmu. Saya juga tak akan pernah membuat karikatur menggambar wajahmu seperti kera atau tokek, karena yang amat tersinggung pasti bukan hanya engkau, melainkan juga keluargamu, familimu, orang segolonganmu, masyarakatmu, mungkin juga bangsa dan negaramu. Kalau aku meludahi wajahmu karena demikianlah kebebasan ekspresiku, maka engkau pun menempeleng kepalaku sebab demikian jugalah kebebasan ekspresimu.

Kita gambar bersama-sama saja karikatur-karikatur cinta.

Emha Ainun Nadjib
Budayawan


Selasa, 18 Maret 2008

hatiku miris......


coba buka google lalu gunakan image search untuk mencari kata kunci jilbab. laluuu.. Jreeenkkkkkk bukan gadis cantik berkerudung yang keluar di database google tapi wong udo udo yang ada (orang telanjang)
saya juga pernah bikin postingan sebelumnya di http://entah1982.blogspot.com/2008/03/out-of-topic-masa-depan-kita.html
Akhir2 ni hatiku miris dan sedih meskipun kadang2 juga ikut2an bernafsu melihat banyaknya adegan sex yang dilakuin anak2 sma ato smp bahkan cewek berjilbab di internet, mulai dari bokep dot kom sampe njimbrut dot kom semua lengkap menampilkan adegan yang membangkitkan semangat si udin junior (kadang2 si udin junior protes, “bang, kapan bisa kaya gitu? Masa uda segede gini Cuma dibuat pipis doank?”).

Banyak orang menyalahkan tontonan televisi atau mengkambing-hitamkan budaya barat sebagai pemicu maraknya adegan seperti itu. Tapi apakah benar itu penyebab utamanya?. Kata siapa dugem baru ada di jaman sekarang, di jaman nabi ibrahim aja da banyak orang yang datang ke Café yang menyediakan pertunjukan tari perut dg diiringi musik gambus plus bergelas2 minuman keras, bedanya Cuma kalo dugem jaman dulu ga ada lampu kelap-kelipnya, ga ada minuman bermerk jack daniels ato smirnoff vodka tapi mereknya arabian maknyuss dan jack firaun, jaman prabu siliwangi juga kata siapa ga ada dugem? Kalo bis perang biasanya para pasukan menggelar pesta kemenangan dengan ngadain party dengan gadis2 imut nan menggairahkan dari daerah baru yang mereka kuasai, buktinya pada jaman itu da banyak berdiri Majapahit Pub n Resto, Mataram Discotique, atau Katuranggan Bar (hehehe).

Bahkan sex menjadi salah satu budaya yang menjadi tujuan hidup hedonis orang jawa hal ini ditunjukkan dengan seringnya para eksekutif kerajaan turba (turun ke bawah) dengan alasan berburu di hutan tapi pada dasarnya mereka sedang mencari gadis desa yang masih perawan dan polos untuk digagahi. Setelah selesai berhubungan badan mereka menceritakannya kepada pengawalnya mengenai persetubuhan ini. Selain mendengarkan pimpinannya sang pengawal juga mencatat ciri2 fisik si wanita, catatan yang terkumpul, yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan selama bertahun2 ikut pimpinan “berburu” ke hutan itu menjadi data bagi si pengawal untuk mengambil kesimpulan tentang hubungan antara bentuk fisik dengan kenikmatan bersenggama seorang wanita, lahirlah istilah katuranggan (kendaraan, kuda, atau lebih tepatnya wanita yang berarti tutumpakane wong lanang yaitu kendaraannya orang laki2). Makanya ada buku primbon yang menyimpulkan bahwa wanita dengan tubuh agak pendek dan langsing plus kulit putih pasti ceket (rapet) dan nikmat kalo berhubungan dan lain sebagainya.

Emangnya kamasutra, kamatantra, serat centhini, dan kawan2nya dikarang oleh Muammar Emka?, emangnya mereka tahu itu semua dari firasat aja tanpa mencoba berhubungan dengan satu-satu wanita yang jadi objek penelitiannya?. Saya jadi heran dengan pernyataan artis2 yang menentang undang2 anti pornografi, Dian Sastrowardoyo bilang bahwa dengan dicantumkannya adegan sex di film tujuannya untuk membuka mata masyarakat dan pemerintah bahwa ada budaya seperti itu dalam masyarakat. Eh, apa mereka pikir baru sekarang ada kaya gitu? Apa mereka ga tau kalo jamannya warkop DKI da ada film porno? Apa mereka ga tau kalo mungkin saja ortu2 mereka semasa remaja juga suka ML kalo bis dari diskotek? Aku pikir kita semua uda tahu n ga perlu dikasi tahu, bahkan calon menteri agama kita aja (yahya zaini) uda tahu kok gimana rasanya jadi pemainnya.

Meskipun kita semua tahu tentang hal itu, tetap saja hal yang demikian jangan jadi justifikasi (pembenaran) untuk mengekspose-nya secara membabi-buta, di dunia ini siapa yang ga pernah be’ol? Semua orang tiap hari be’ol tapi apa ya pantas terus kita be’ol di tengah jalan dengan alasan “ah, ngapain jaim, toh semua orang juga pernah be’ol, kita jangan malu be’ol di mall, toh be’ol sudah jadi budaya yang ada di tengah masyarakat”, apa ya begitu?.

Kembali ke masalah freesex, kaum muda (khususnya wanita) terjerumus sex beragam pemicunya, karena cinta ma pacar, karena terpaksa harus cari makan (kebanyakan di desa2 yang masyarakatnya miskin tapi anak gadisnya cantik2 seperti di daerah pesisir jawa barat), atau karena dorongan alamiah, dan lain sebagainya. Tak melulu karena budaya barat atau bukti modern-nya sebuah komunitas. Di kampung2 juga banyak kepala desa yang menggagahi anak gadis polos yang lagi butuh duit buat lanjutin sekolahnya. Waktu ada temen yang bilang kita perlu belajar bikin anak dengan nonton film porno n ML ma pacar aku jawab “mbahku ga pernah nonton bokep ya lancar aja punya anak sampe dua belas orang”. Bukannya awak ni (meminjam istilah orang medan) munafik, kalo masalah pengen ya siapa yang ga tegang liat adegan gaya bebas macam begitu.


Freesex bukanlah produk barat atau ciri sebuah modernitas, Sex adalah naluri manusia yang paling dasar selain bertahan hidup dengan cara makan. Bagaimana kita menyalurkan hasrat itulah yang menjadi permasalahan. Bukan sex-nya yang masalah tapi bagaimana kita berhubungan sex itulah yang menentukan apakah sex yang kita lakukan itu jadi pahala atau dosa. Freesex bukan barang baru di dunia karena pada dasarnya kita hanya mengulang-ulang sejarah. Homosexual dan incest sudah ada sejak jaman nabi nuh, mencuri dan memutilasi orang adalah hobinya umar bin khattab sebelum masuk islam. Aku jadi inget kata2 EAN di salah satu essaynya, “mengambil duit di kantong atau meminum air di sumur itu boleh2 aja tapi yang menentukan apakah halal atau haram adalah kantong siapa dan sumur siapa”.
di Upload dari forum padhangmbulan oleh achmad_salahuddin@walla.com

Senin, 17 Maret 2008

Kalau memang.........




1. Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi, melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka terimalah kehancuran bagi yang kalah dan kehinaan bagi yang menang,

2. Kalau memang yang mengendalikan langkahmu hanyalah rasa senang atau tidak senang, dan bukannya pandangan yang jujur kepada kebenaran, maka segera gusur dan buanglah mereka yang engkau benci, serta bersiaplah engkau sendiri akan memasuki jurang.

3. Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah kemauan, kepentingan dan nafsumu sendiri, dan bukan kerendahan hati untuk merundingkan titik temu kebersamaan, maka siapkan kekebalan dari bentura-benturan dan luka, untuk kemudian orang lain telah bersiap menggali tanah untuk kuburmu sendiri.

4. Kalau memang engkau bermaksud menyulap sejarah dalam kesejapan mata, dan bukannya bersabar dalam menggembalakan irama dan proses, maka nantikan darah akan muncrat membasahi tanah airmu, kemudian engkau sendiri akan terjerembab di terjalan-terjalan ketidakberdayaan.

5. Kalau memang sesembahanmu adalah kenikmatan membenci, mabuk dalam teriakkan dan caci maki, atau keasyikan dalam mencurangi, maka ambillah pedangmu, angkat tinggi-tinggi, dan mulailah menabung kerelaan untuk engkau sendiri mati.

6. Kalau memang engkau menyangka bahwa benarnya dirimu sendiri itulah disebut kebenaran, maka aku akan mendaftarkan diri untuk melawanmu.

7. Kalau memang engkau mengira bahwa benarnya orang banyak adalah segala-galanya, di mana langit-langit mimpi bisa engkau raih dengan itu, maka jangan sekali-kali menghalangiku untuk mengedari langit, kupetik kebenaran sejati dan kutaburkan di bumi.

8. Kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan untuk berkuasa dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri; kalau memang bagimu kehidupan adalah mengincar dan menikam punggung saudaramu sendiri dari belakang; kalau memang bagimu kehidupan adalah mengganti monopoli dengan monopoli baru, atau hegemoni dengan hegemoni baru, atau mengusir macan untuk engkau macani sendiri, maka pertanyaanku: apakah itu adalah tawaran dari nurani dan kesadaranmu agar kita mempercepat saja proses untuk saling memusnahkan.

9. Kalau memang seseorang tidak bersedia mendengarkan apapun kecuali bunyi mulutnya sendiri, kecuali suara kemauan dan gejolak nafsunya sendiri, maka aku hanya bisa menawarkan kasih sayang bersama,. Sebab kalau yang engkau lemparkan ke tanganku adalah batu permusuhan, maka tak ada yang tampak dimataku kecuali kemungkinan diantara hidup dan mati.


Menuju Nasionalisme 2009


Ditulis Oleh Emha Ainun Nadjib
Banyak isyu tentang krisis pangan dunia 2009, iklim global, 'rencana' bencana-bencana nasional dst, tapi saya kira Indonesia akan mencapai kecermelangannya di tahun 2009.
Perkara hutang luar negeri sebenarnya cukup mandatkan pada Kongres Akuntan Nasional, minta mereka berdiskusi kemudian kasih rekomendasi yang menunjukkan betapa simpelnya sesungguhnya masalah itu untuk kita atasi kalau kita mau.

Masalah kepemimpinan, kita berlimpah-limpah calon Presiden dan Pemimpin Nasional. Tinggal ambil dari teritori mana, golongan apa, parpol, suku, Agama dan apapun saja yang sangat siap dengan kandidat-kandidat Presiden. Bahkanpun kaum Selebritis sangat siap memimpin Indonesia, terbukti dengan begitu banyak urusan yang dipercayakan kepada mereka.

Yang paling nyata adalah semakin tercapainya Persatuan Nasional menjelang 2009. Kita bangsa bersuku-suku, tapi cita-cita satu. Kita berbagai-bagai budaya, tapi gawang kehidupan satu. Kita punya banyak Agama, ragam nilai, pilihan-pilihan di segala sisi kehidupan, tapi obsesi kita satu.

Anak-anak kita boleh pilih masuk kuliah di Fakultas Kedokteran, Ekonomi, Tehnik, bahkan Tarbiyah dan Ushuludin: namun harapan hidupnya satu.

*****

Satu cita-cita itu ialah menjadi kaya. Ada kerbau, ada macan, berang-berang, buaya, cacing, badak dan jutaan macam hewan lagi, tapi cita-citanya sama: ingin terbang dengan pakaian kemewahan.

Macam-macam profesinya, macam-macam permainannya, beragam-ragam kostum dan ayat-ayatnya, namun obsesinya menyatu secara nasional, ialah menjadi kaya. Memang ada klise-klise aplikatif: ingin mengabdi kepada bangsa dan Negara. Ingin berbakti kepada Agama dan masyarakat. Dan mungkin benar awalnya memang bercita-cita seperti itu, tetapi begitu ketemu pintu-pintu gerbang keuangan: mulai penuhlah kepala oleh cita-cita tunggal itu.

Kalau anak-anak kecil dikasih iklim: ingin menjadi dokter, insinyur, Presiden. Tapi ujungnya sama saja, yaitu menjadi kaya. Milih jadi orang kaya meskipun tidak jadi dokter, daripada sebaliknya. Kalau kerja 6 hari menjadi 5 hari, kelak kita runding bagaimana dalam seminggu kita kerja sehari saja dan libur 6 hari, kita sepakati asalkan gaji tetap seperti semula.

Orang memilih tidak kerja tapi dapat gaji daripada kerja tapi tak dapat gaji. Kalau sampai kerja tak dapat gaji maka ayat-ayat tentang hak buruh, HAM dlsb bertaburan di langit dan bumi. Tapi kalau terpaksanya kita balik: tidak kerja tapi dapat gaji, sebenarnya itu yang diam-diam lebih OK dalam hati.

Uang berlimpah jauh lebih menarik dibanding Tuhan. Korupsi jauh lebih dipercaya disbanding hakekat dan metabolisme rejeki. Kalau melebar sedikit: orang diam-diam sudah makin sanggup meragukan Tuhan, tapi tak seorangpun memiliki keberanian untuk meragukan Demokrasi. Orang lebih tertarik pada kekayaan dibanding kesalehan. Orang lebih terpikat oleh uang banyak daripada digniti kepribadian. Orang lebih tergiur pada kejayaan materi dibanding kemuliaan hidup.

*****

Sejumlah orang akan membantah kalimat-kalimat ini. Tapi saya sendiri sudah terlalu tua untuk mampu membantah hal itu. Saya sudah udzur dan ditipu mentah oleh fakta-fakta kehidupan, sehingga sampai menjelang kepala-6 saya belum memulai apapun untuk memperjuangkan karier saya: jangankan lagi untuk menegakkan kebenaran.

Tentu saja kalau yang dimaksud karier adalah berkuasa, kaya dan terkenal: sudah lama - menurut ukuran saya dengan hidup tempe sambal dan menikmati cuci kaos piring: saya tidak memiliki problem apa-apa. Tapi yang saya maksudkan karier adalah mandat kekhalifahan dengan konten dan skala yang jelas yang sudah lama saya siapkan namun tidak ada gejala bahwa sejarah manusia ini memerlukan kualitas kesejahteraan hidup semacam itu.

Menjadi kaya adalah isi utama kepala manusia Indonesia. Dan untuk itu dipilih cara dan jalan yang paling bodoh dan malas: akting menjadi pemimpin, ustadz, artis, wakil rakyat, lembaga zakat infaq atau apapun. Jangan kawatir, tentu saja orang juga menikmati hubungannya dengan Tuhan, kenyamanan bernasionalisme, kesantunan social, estetika dlsb, tetapi itu semua sekunder. Yang primer di kepalanya adalah harus ada kenyataan bahwa ia berlimpah atau sekurang-kurangnya aman di bidang keuangan. Yang dimaksud aman itu takarannya begini: "Wah, rugi saya, ada proyek basah banget tapi gagal memenangi tender...."

Padahal dia tidak rugi apapun. Tidak rugi pun merasa tidak aman. Aman adalah laba sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Dasar moral ilmu ekonomi di seluruh muka bumi ini sejak awal memang curang.

Di luar kaya, unsur lain popular juga: powerfull and famous, berkuasa dan terkenal. Tapi kekuasaan dan popularitas juga membawa visi missinya sendiri: merangsang manusia untuk lebih kaya dan lebih kaya.

*****

Kekuasaan adalah jalan paling popular untuk mencapai cita-cita tunggal itu. Maka tidak ada agenda apapun yang lebih diutamakan dibanding apapun dalam kehidupan bangsa Indonesia melebihi agenda politik. Siang malam, tiap bulan, tiap tahun, headline, ngrumpi, obrolan gardu, apapun saja sesungguhnya berpangkal dan berujung pada agenda politik.

Di sebuah Propinsi saya diajak ketemu oleh seorang Walikota, di saat lain oleh sekelompok pemuda dari suatu komunitas, juga di malam lain seorang pemimpin pembela kaum muskin urban – semuanya untuk agenda yang sama: yakni membicarakan nasib ribuan orang yang berumah di bawah jalan tol.

Tatkala ajakan itu disampaikan kepada saya, saya benar-benar sibuk menonton televisi yang menayangkan berita bahwa Pak Gubernur Propinsi itu sedang naik podium menyatakan akan mencalonkan diri menjadi Presiden mendatang. Khalifah Umar bin Abdul Aziz menangis dan shalat taubat kepada Allah gara-gara seekor onta terpeleser nun jauh di sana namun masih di wilayah tanggung jawab kekhalifahannya. Ia begitu merasa bersalah. Agenda Pak Umar benar-benar berbeda dengan agenda Pak Gubernur.*****

Teka Teki Imam AL Ghazali


Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu
beliau bertanya :
Imam Ghazali = ' Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?'
Murid 1 = ' Orang tua '
Murid 2 = ' Guru '
Murid 3 = ' Teman '
Murid 4 = ' Kaum kerabat '
Imam Ghazali = ' Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat
dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang
bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).


Imam Ghazali = ' Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?'
Murid 1 = ' Negeri Cina '
Murid 2 = ' Bulan '
Murid 3 = ' Matahari '
Murid 4 = ' Bintang 2 '
Imam Ghazali = ' Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar
adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita
tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus
menjaga hari ini,hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama'.

Imam Ghazali = ' Apa yang paling besar didunia ini ?'
Murid 1 = ' Gunung '
Murid 2 = ' Matahari '
Murid 3 = ' Bumi '
Imam Ghazali = ' Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali
adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati
dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.'

' Imam Ghazali = ' Apa yang paling ringan di dunia ini ?'
Murid 1 = ' Kapas'
Murid 2 = ' Angin '
Murid 3 = ' Debu '
Murid 4 = ' Daun-daun'
Imam Ghazali = ' Semua jawapan kamu itu benar, tapi yang paling ringan
sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita
atau urusan dunia, kita tinggalkan solat '

IMAM GHAZALI: ' Apa yang paling berat didunia ? '
Murid 1 = ' Baja '
Murid 2 = ' Besi '
Murid 3 = ' Gajah '
Imam Ghazali = ' Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah
MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang,
gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka
menjadi khalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan
sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga
banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.

Imam Ghazali = ' Apa yang paling tajam sekali di dunia ini ? '
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ' Pedang '
Imam Ghazali = ' Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini
adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

''sampaikanlah walau satu ayat'


modal cinta untuk menikah


Dengan menangis tersedu-sedu sesekali berteriak, ibu berlinangan air
mata dengan berselonjoran kaki di atas dipan seperti anak kecil sedang
merengek meminta sesuatu. Ibu bergumam "Apa yang salah dengan
diriku?". Seolah-olah ia menyesali terhadap apa yang dialaminya.


"Rasanya aku sudah memberikan semua hal-hal yang terbaik pada
anak-anakku, tetapi kenapaaa anak-ku berani memusuhi saat sudah
dewasa. Jangaaan lupa Nak! Jangaan lupa Nak sekali lagi!"celotehnya di
dalam kegalauan yang menyelimuti hatinya. ".....aku yang
melahirkan-mu, ..aku yang berjuang melawan maut yang senantiasa
menjemput, ..aku yang menyusui-mu, ..aku yang mengajari -mu berjalan,
..aku yang mengajari-mu sopan-santun sehingga menjadi gadis cantik dan
dewasa seperti sekarang ini. Jangan lupa...Nak!, " gumamnya seolah
ingin membeberkan. ...peristiwa- demi-peristiwa yang sudah dilakukannya.

"Nerli... Nerli .... Nerli ....ho...ho. ..ho, ...hi...hi.. .hi.., kenapa
kamu seperti itu, bikin...hati ibu tidak tenang,"teriak ibu..teriakan
ibu semakin menjadi-jadi, tetapi dengan bunyi hujan lebat di luar
rumah, suara ibu terdengar pelan-pelan, "Ibu harus mengeluh pada siapa
..Nak?....pada siapa Nak? Sembari bertanya pada diri
sendiri!.... .Ayah-mu sudah lama meninggal!.. .Nenek dan kakekmu juga
sudah almarhum!" Suara ibu semakin serak, semakin parau menunjukkan
beliau sudah mulai lelah.

***

Tengah malam, Dira dan suami terbangun dari lelap tidurnya. Mereka
mendengar beberapa kali ibunya memanggil-manggil nama adiknya yang
baru setahun ini menikah. Tak cuma sekali teriakan ibu kedengaran
tetapi beberapa kali ibu memanggil nama adiknya .

Pelan-pelan Dira dan suaminya, beranjak dari kamar menyelinap ke ruang
tengah mencari dari mana suara ibu berasal. Dilihatnya ibu tergolek di
atas dipan, sesekali bangkit kemudian duduk lagi. Di tengah kedinginan
malam, membuat badan ibu yang lusuh kelihatan menggigil. Ibu tak bisa
membebaskan diri dari rasa takutnya. Kemudian suami dan istri berdua
tersebut berbisik "Ayo kita temani Ibu dan kita kuatkan hati Ibu" kata
suaminya dengan tenang.

"Baru pertama kali ini aku mengalami hal seperti ini" kata suami Dira
kepada istrinya. "Biasanya aku hanya dapat menenangkan anak dan istri
jika merengek meminta dibelikan barang yang baru. Tetapi kali ini
adalah Mertua-ku yang sekaligus sudah aku anggap seperti Ibu-ku
sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa menenangkannya? " gumamnya dalam hati.

Tak seperti biasanya, Dira jika malam terbangun untuk menyiapkan minum
susu botol untuk anaknya yang masih balita. Kali ini dia menyiapkan
teh manis hangat untuk menenangkan hati ibu-nya yang sedang dirundung
kegalauan. Ketakutan seorang ibu terhadap anak gadisnya yang baru
setahun menikah.

Begini .... Nak, ibu mulai membuka percakapan untuk mengeluarkan
segala uneg-uneg yang ada di dalam relung hati yang paling kecil. Ibu
mulai bercerita "Aku mempunyai 6 orang anak" semua anak ibu dididik
dengan cara yang sama dan tidak pernah dibeda-bedakan. Tetapi walapun
cara didik sama ternyata hasil tidaklah sama. Ada yang menjadi anak
penurut, ada anak yang pintar, ada anak yang sopan, ada anak yang
tidak pintar, semuanya saya iklas. Tetapi satu adikmu inilah yang
melawan ibu. Tidakkah dia disebut anak durhaka? "Astagafirullah" kata
Ibu menarik ucapannya.

Beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya dari masa Si Nerli kecil
hingga ia dewasa dan menentang pada ibunya dalam memilih suami yang
menikahi. Begini Nak "Nikah itu bukan hanya hubungan antara dua orang
saja" kata ibu memulai cerita. Lalu aku tertunduk diam hanya
mendengarkan apa yang ibu bicarakan .

Sambung cerita ibu bak seorang dosen yang sedang menceramahi mahasiswa
"Nikah itu menyatukan dua orang anak manusia, tetapi jangan lupa dua
orang manusia itu mempunyai keluarga atau mempunyai keluarga besar,
jadi perkawinan ini menyatukan dua keluarga besar juga". Tetapi Nak!
"Jangan kamu mempunyai pikiran yang negatif dulu?" sergah Ibu. Ibu
tidak ingin menjodohkan anak-anak dengan pilihan ibu, tetapi ada
rambu-rambu yang harus kalian pahami. "Jelas khan!.." kata Ibu. Kami
berdua hanya menganggukan kepala saja.

Camkan ya Nak....carilah jodohmu yang kamu cintai dengan calon yang
sesama iman, mempunyai pekerjaan, dari keluarga baik-baik, bertanggung
jawab. Hindari calon suami yang mengagung-agungkan cinta seolah-olah
dengan cinta sudah kenyang. Ingat.. yah...Nak! hidup penuh cinta 99%
itu dirasakan hanya pada awal nikah sampai mempunyai anak, jadi jika
sudah punya anak cinta itu dibagi-bagi dengan anak. Jika tinggal 60%
cinta itu sudah bagus.

Sebelum pernikahan berlangsung sebenarnya keluarga besar kita sudah
tidak menyetujuinya. Dengan berbagai alasan antara lain : 1.) paham
agamanya berbeda walaupun sesama Islam tetapi dia termasuk islam yang
eksklusif jadi pribadinya agak tertutup. 2) faktor pekerjaan selama
ini pekerjaannya belum tetap. 3) faktor keluarga besar diantara dua
pihak baik pihak keluarga perempuan dan pihak laki-laki memang sudah
tidak cocok.

"Lantas apa yang menyebabkan adik kita tetap bersikeras"? tanya Dira.

Sebenarnya alasan-alasan adikmu itu selama ini hanya berhubungan
dengan emosi belaka, tetapi tidak mempertimbangkan alasan logika-nya
antara lain 1) Sudah saling cinta. 2. Si Calon dapat memberikan
bimbingan sehingga dia merasa terobati dan tenang. Adikmu rela
dinikahi oleh pria pilihannya, asal ibu memberikan restu saja. "Cukup
restu saja" kata Nerli berulang-ulang yang diperagakan lagi oleh ibu.
Nanti Nerli tidak akan merepotkan ibu lagi.

Ibu sudah banyak memanjatkan doa agar adikmu diberikan jodoh yang
nantinya akan memberikan ketentraman berdua. Sebenarnya Ibu berharap
jika mungkin boleh meminta kepada Tuhan...tolong, tolong jauhkan anak
saya. Tetapi apa mau dikata kemauan keras adikmu itu sudah tidak bisa
ditawar lagi. Dia sudah sering tinggal di tempat laki-laki itu. Dia
tidak perduli apa kata keluarga...itu mencoreng nama keluarga kita.

Dengan kondisi sangat sederhana maka pernikahan itu dilangsungkan,
tanpa adanya acara-acara seremonial. Pihak mempelai kelihatan senyum
bahagia, tetapi dipihak keluarga dengan perasaan yang campur aduk
mencoba untuk mengikuti prosesi yang dijalankan.

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan berjalan
diarunginya bahtera rumah tangga baru, ternyata sudah menginjak satu
tahun usia perkawinan. Pada awal memang indah tetapi lama-lama menjadi
gundah. Komitmen awal yang tidak akan merepotkan ibu lagi ternyata
tidak bisa dipegang. Bagaimana mungkin seorang ibu muda yang sedang
hamil tidak terurus sehingga mengalami keguguran, dari sini sudah
mulai banyak masalah yang ternyata tidak bisa dihadapinya berdua saja.

Suaminya terkena musibah diberhentikan dari tempat kerja yang hanya
dikontrak tiga bulan, susah mencari pekerjaan lain, sementara pihak
keluarga sulit untuk menerima kehadirannya. Mau datang ke rumah mertua
merasa segan, takut, malu dan perasaan lain yang berkecamuk, seperti
memelas, jika tidak dilakukan mau ke rumah siapa lagi. Dalam hati
Nerli berkata "jangan-jangan ini ujian bagi kita yang tidak menurut
pada Ibu yang tercinta". Keesokan hari Nerli dan suami berkunjung ke
rumah ibu dengan bersimpuh meminta maaf apa yang sudah dia lakukan.

Kenapa Ibu menangis?

"Nak Dira dan suami" kata ibu menyambung lagi. Apa yang ibu
khawatirkan ternyata sekarang menjadi kenyataan. Pelajaran untuk
adik-adik yang lain jangan terlalu agungkan cinta itu, jika kau
memilih suami yang tampan seperti Pangeran maka kau akan menyesal jika
Pangeranmu tidak tampan lagi. Ingat Nak "Rambu-rambu" yang ibu
utarakan tadi.

Dengan kondisi ibu yang sudah stabil suami Dira mencoba untuk berkata
"Jadi ibu khawatir dengan masa depan anak dan menantu ibu". Oh Iya,
"tidak ada seorangpun ibu yang tidak ingin anaknya kekurangan dan
tidak bahagia" Ibu menyahut. "Ibu kebahagiaan itu adalah milik semua
orang, bukan monopoli ibu saja" kata suami Dira. Barangkali Nerli dan
suami sudah cukup bahagia dengan apa yang ia dapatkan sekarang.

"Keinginan ibu melihat Nerli dan suami menjadi keluarga serba cukup
dan penuh kebahagian juga tidak salah" kata suami Dira. Yang salah
dari Ibu adalah perasaan terlalu khawatir dan ketakutan yang
berlebihan. Ibu jangan khawatir dengan anak-anak dan menantu, mereka
sudah banyak mengalami banyak kesulitan tetapi mereka sampai saat ini
juga masih hidup. Jadi masa depan mereka semua adalah mereka sendiri
yang akan menentukan. "Ingat cucu ibu sebentar lagi akan dilahirkan,
mudah-mudahan menambah kebahagiaan" kata penutup dari suami Dira.