Jumat, 14 Maret 2008
markesot bertutur
Markesot bukan pemimpin, bukan dedengkot suatu gerombolan. Ia sekadar membantu penumbuhan nilai-nilai mulia dalam diri manusia di sekitarnya, penumbuhan cinta kasih sosial dan pembelaan tegas terhadap kebenaran dan terhadap manusia yang dirugikan.
Ainun Nadjib, Emha. 1995 (Cet. Ke-7). Markesot Bertutur, Pohon Pionir. Bandung: Mizan. Hal. 253.
……… Itu teori Markesot. Tapi ia tak pernah bisa membuat orang lain percaya, karena setiap kali ia kemukakan, orang selalu bertanya: “Apa rujukan teorimu itu.” Maksudnya doktor atau profesor siapa yang mengatakan dan Markesot mengutipnya. Biasanya, terhadap pertanyaan semacam itu, Markesot menjawab dengan pertanyaan balik: “Lha, profesor yang pertama kali mengatakan hal itu—seandainya ada professor itu—merujuk pada pendapat siapa?
Orang-orang macam Markesot memang tidak dianggap memiliki kredibilitas ilmiah untuk menjadiu pangkal suatu ilmu atau pengetahuan. Sebabnya karena dia bukan ‘rakyat’ suatu ‘negara intelektual’ atau ‘negara akademis’. Dan lagi jelas ia tak punya pangkat professor, doktor, doktorandus, atau apa pun saja.
Tapi alhamdulillah hal itu tidak membuat Markesot sakit pathek atau kudisan. Yang penting ia terus mencari ilmu, dan ia tak berusaha tergantung kepada ‘ego’ sebagai penemu teori, inventor, atau pionir dari apa saja. Ilmu itu milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita semua hanya siswa TK yang sekali waktu dikasih tepuk tangan dan pujian sesudah menyanyikan lagu ‘balonku ada lima’.
Ainun Nadjib, Emha. 1995 (Cet. Ke-7). Markesot Bertutur, Back to God! Don’t Ever Go To Got. Bandung: Mizan. Hal. 58—59.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
jika saya mau membeli buku yang berjudul markesot bertutur... di mana ya saya bisa dapat???
Posting Komentar